Gajigratis.com Tanpa Keluar MODAL Tapi DAPAT KOMISI Milyaran Rupiah !!!

Sabtu, 08 Januari 2011

Tanteku yang ....

Sudah menjadi cita-citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagiojsvk kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang [17tahun2.com] telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua gjocitu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada jfqhtdigaris kemiskinan. Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehinggafpae bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angksoukfbot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg.

Sangat berucrlsntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebpmhlsingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidi [17tahun2.com] kan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentufurilnya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya bjcqukwiaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang xpsnada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijakabxgsana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengauyaqn akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.kdngs

Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjumoypwtkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang pdmecyang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah [17tahun2.com] satu tokoh di kampung itu.

"Arie.." sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pvxadakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surankaht yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk ozatsementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetutesapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberika [17tahun2.com] n surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara wabsdgktu.

Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dajcbumiri empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasjkpla, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangatfxmw berhasil.

Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnrapzya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat kare [17tahun2.com] na kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri ithxrau sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istrcoyzgui sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiwqhnkuman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yapcvnong kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak.

Anakrzxl Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usvfohdia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun.

Sesampainya di kota Band [17tahun2.com] ung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang berting [17tahun2.com] kat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ruoyegamah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.

"Sel [17tahun2.com] amat siang Pak," Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
"Selamat siang Di [17tahun2.com] k, ada yang bisa dibantu," jawab satpam yang bernama Asep.
"Anu Pak, apa Bapak Budiman adaoumn?"
"Bapak Budiman yang mana Dik," tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tmrgoyxidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
"Anuyerhk Pak, apa ini PT. Rido," tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga bjcydzelum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.
"Iya..xkro Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini," tegas satpam Asep menjelaychgskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya.
"Adik ini siapa," tanya satpam kepadfkthlxa Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
"Saya Arie Pak, keponakan dari Bapsvtbjak Budiman dari desa Gunung Heulang."
"Keponakan," tegas satpam, sambil terus mengangkat tvkorelepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.

Selang beberapa menit kemudian Pakrbjnu Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. "Arie.. Apaczqido masih ingat sama Bapak," kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
osmiMimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.
"Maaf Pakkmjbh, Arie Sudah lupa dengan Bapak," kata Arie sambil terus mengigat-ingat.
Pak Dadi terus mencimaerangkan dirinya, "Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kxlezsurang lebih lima tahun."
Arie jadi bingung, "Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, ipvfnjtu kan sudah bertahun-tahun."

Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini dijfdehlketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadivxty mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang padaeaqws Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membquwebeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dfhusadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru bermlkuumur 35 tahun.

"Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tida [17tahun2.com] k dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya dipegencqtrintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kdpsyita jalan-jalan dulu," sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketqtavakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, "Jangan takuurqst Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah," tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidtbcplxur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uanfmneg sangat berkuasa dibidang apapun.

Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-kejzglihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan suda [17tahun2.com] h dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yatalvmdng mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah dryltersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yanxkwmhpg gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadeztqri yang sedang asyik ngobrol.

Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia snoufmbegaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan [17tahun2.com] oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak oranerpfimg lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai-sampqwrmoai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.

Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mytqashengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju fcbnreke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yangfyodn terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuaiktuoh kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam.

Laju mobil terhenti di depan rumahlzvjqe biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yauzsjfhng sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara qzimwtrumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkakyjxucn pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rutyovhmah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobilvpmyzi telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobilqhjwp. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung mzwhnembawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.

Pak Dadi [17tahun2.com] yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budimtzrmfan tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Afsrhtwrie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum [17tahun2.com] menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan airdjehq minum untuk Arie.

"Tante sudah menunggu dari tadi Arie," bisiknya sambil menggenggam taejfqngan Arie tanda mengucapkan selamat datang.

"Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa", lankignojut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang uhetscantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
"T [17tahun2.com] ante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak cfhxdapat menemanimu karena dia sedang sibuk."
Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan,hykux seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab szlgnyegala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini [17tahun2.com] dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwaxtlihdrna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantansjcdrg dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tljeuujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan mas [17tahun2.com] ih seperti gadis remaja.

"Nah, itu Yuni," kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tyuixoengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat denmapsgan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkezlnhjgnalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karentnjmzwa nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakawtebnn sendiri. "Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak." Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnxepvya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dohzlengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cudmlkantik. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya rybhgyang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum danpswfvu sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie, ia sudah menaruh hati padxomjva Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu.

Setelah selesai berkelilindrzig di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatxwpzan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamaajskr mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang palncqding belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie.

Setelah membuka baju yamxuing penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dehpdvkngan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrimujennya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadiisre dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salizbapqah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalybeqam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.

Hari-hari selanjutnya Arie semyloifakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, jugizltfea kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. wgusbrArie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan ituovbfs ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang berntsujama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaaudfnn itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie rmjbketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin [17tahun2.com] . Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante  [17tahun2.com] Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.

Arioduepge tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan keburmwbstuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yabrkwglng besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani denhglivagan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selahyegma ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya.

Sambil berceahpwqrita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mi [17tahun2.com] ninya merosot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekittodeuar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah lurutvkhdah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akahdoejmn memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang tevkcfalah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus meraban [17tahun2.com] ya.ukeo

Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, "Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante," Tante Rani hanya berkata, "Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante." Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.

Kedekatan Arie dengan Yuni semakvjswin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR telomatematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenunqsemgkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa seaeptshelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menuxpaodtup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, "Mangkanya, kalau masjsoluk kamar ketok pintu dulu," goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar  [17tahun2.com] batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.

Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang [17tahun2.com] sangat putih dan berbulu-bulu kecil. "Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah," tanya Yuni.
"Belum," jawabnuap Arie menggoda Yuni.
"Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR," rengek Yuni sambfdczuil tangan kirinya meraba belakang Arie.
Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yumbneni hanya meraba-raba sambil berkata, "Ini apa Kak, kok kenyal." Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengfwaiang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga [17tahun2.com] masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.

Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudahmsuli menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kozklplornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.

Tangan yang tadi digunakan meraba b [17tahun2.com] atang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan tnciryuerlihat Arie sudah memakai celana pendek. "Nah, gitu dong pake celana," kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menemp [17tahun2.com] el di susu kecil Yuni. "Udah dong meluknya," rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya.

Saling memeluk antararaql Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak me [17tahun2.com] rasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie langsung naik ke atas ranjirfxdang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu kavjhqrena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang sepertixzdnr dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehinyvuhogga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedasxqfmuan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie.

Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie meqrzpulayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta [17tahun2.com] pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti eayvbergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.

PR pertama telah diselesaikan dengan bxjscepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seabgycndainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batan [17tahun2.com] g kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belumrnega terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatndxswzya yang agresif.

Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpwultoalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turqhapljun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja-manja dengan  [17tahun2.com] Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerqazfunak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arcelmfjie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin besvnxrnafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.

"Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nowlmcutmor sepuluh susah."
Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalontpam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, "Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya."
"Boleh, tapi ada syarflrwxatnya," kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putihpskh. Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yanguhdao putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajah [17tahun2.com] nya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemczdkialuan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam d [17tahun2.com] an terus menghidar ciuman itu. "Kaak.. apa dong syaratnya", kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehinggsgxqka bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah sekrules. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. "Syara [17tahun2.com] tnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya."

Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harrhgdsqus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bbtpnaxawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan dprigPR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Anotrwarie.

Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemalhmsluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payuxoeidara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, "PR-nya sudah Kaak.. Arie," sambil Menguap.

sxrbdt Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena s [17tahun2.com] yaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehing [17tahun2.com] ga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, "Masa Kakak meluk gphjkYuni nggak bosan-bosan." Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekaewnkbn batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan mqbjArie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.

"Aduh, Gila si Yunikagwq masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan," guman Arie dalam hati sambil terus memengang batavamrkng kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. "Tenang ya jago, nanti kamu ju [17tahun2.com] ga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentanthfng anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang."

Arie  [17tahun2.com] memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola rsnypikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni.

Ketegangan batanwbapg kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatanyfowa Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan wzjtmeminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurainzqheu tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payudaranya pun terlihat dengan jelanrgcs tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duwurvduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan.

Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan  [17tahun2.com] tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.
"Kamu kenapa belum tidur Ari," kata Tante Rani sambil menuangkan senzdugelas air susu untuk Arie.
"Anu Tante, tidak bisa tidur," balas Arie dengan gugup.
Memang Tante Rani yang cantik itu yzcprhtidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindajbmfihan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang.

"Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan ter [17tahun2.com] hadap Arie."
"Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu," jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yaerzyng sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidaksukm tentu arah.
"Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan," tanya Arie mengisi perbincangan.
"Kamu tidak tahu, Oom kan seduijpgmang ke Bali mengurus proyek yang baru," jawab Tante Rani.

Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu vpstzmembuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya.

Arie qynckdan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga wrzcoisebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukgewlqvkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat pahoifra Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celabxsnkna dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk [17tahun2.com] -garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.

Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak bada [17tahun2.com] n ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
"Kamu kenapa Arie," tanya Tante Rani yabpmung melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
"Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek," balas Arie sambil terus sekali-kwsfmvtali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.

Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani secqboagaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yan [17tahun2.com] g merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkaiyfgn di dalam gelas itu.

Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahutzdye bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. "Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara ydwznasegar." Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk  [17tahun2.com] padaku dan akan meminta untuk tidur denganku.

Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggirasmxan kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tanhxpttenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebewuktzxtulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus memesrgndekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedanpxclg bermesraan.

Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumodhwtspukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri svwjPak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astrishktr terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri txswterus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah merosotxacwj ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lakqgliantai. Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pa [17tahun2.com] k Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.

Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suyuhzaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Daaxyigdi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di badan Pak Dadi mxshytbeminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya dsehaktiganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadgopmti.

Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengalakisqn kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta tel [17tahun2.com] ah mampu bangkit dan siap bertempur. Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri,hozsa terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tanganidkmhfnya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengkecuan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya. Erangan-erksoigwangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkancuql kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluapcyrannya.

"Tante, kapan Tante datang", suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh jfbdqedari tempat tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup padawkre kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tansnxwgte Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanankqvenya menyentuh batang kemaluan Arie yang sudah menegang.

"Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu uisjxjadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak hzvtdqDadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah." Tehmwsante Rani memberikan nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digeseyhlak-gesek ke batang kemaluan Arie. "Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi [17tahun2.com] kamu pura-pura tidak mau," goda Tante Rani, "Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan [17tahun2.com] Pak Dadi," nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekka [17tahun2.com] n pada batang kemaluan Arie.

Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltageoynjm yang berada diluar batas kemanusiaan. "Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oomoqgh sampai tahu." Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, "Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya [17tahun2.com] ."

Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah laghrqdi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih [17tahun2.com] terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi seyqvjhingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni.

Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinusdntbnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebeaovkutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan riefoArie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani lxhmomembalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bcgtbuantal sofa.mjildq

Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih savfhxyang. "Aduh punya kamu ternyata besar juga," bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan bathtqpgang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. "Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikanxnuv reaksi apa pun Riee," bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Ari [17tahun2.com] e semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikfwhjnran pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.

Mulut Tante Ranigmqroe yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Ranicphb seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. "Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Taayfmnte dengan begini.. ayo dong gerakin tanganmu." Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sejrumbhingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu trubplapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatn [17tahun2.com] ya dengan penuh kasih sayang.

Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin medafwnggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bxcoulwibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendappsgukat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posobtjqgisi Arie dan tantenya seperti huruf T.

Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tanaycstenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan krkxsotemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. "Ahkk, nikmat.." Tantenya mengeeoatdrang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementabhnpqgra waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. "Arie.. Tante sudah tidak tahan lagi nijbcych.." diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangatriydf mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-shriuisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.

"Aduh. aduh.. Tante nikmat fxywjsekalii.." erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil metyzaqngerang. "Aduuh Riee.. terus tekan-tekan pantat Tante.." desah Tante Rani sambil terus menggesstbzek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemsvxkwaaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. "Ariee..jpvq nah itu terus Riee.. terus.." erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang keutyhxmaluan Arie.

"Kamu kok kuat sekali Riee," bisik tante Rani dengan nafas yang terengah-engahjqveiu sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman xytdmgyang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, "Belum tahu dikxela, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yygjeang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti airmljtr hujan yang sangat deras."

Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakinqzyw bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka ba [17tahun2.com] ju Arie yang masih melekat di badannya. "Buka yaa Sayang bajunya," pinta Tante Rani sambil memgywvpbuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celanapdfhlr pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.

Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan keduarzythn tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yan [17tahun2.com] g telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekaqbefan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yangznflrp indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.

Masih dmgzusyengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali ioebbatang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terhqfbmus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan banesvfdutuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan  [17tahun2.com] Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, "Aduh Tante.. terus Tante.." Meniaywjndengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yaxiaqvng akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan bcnjmpdengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam bpdwqatang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiqosacada tara sambil berkata, "Terus Tante.. terus Tante..", Dan Arie pun mendekap kepala tantenya [17tahun2.com] agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tmexcfjante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsuniqfng menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraohvjyung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila spdnelerma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semaki [17tahun2.com] n membuat badan menggigil.

Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedowxtbt batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp.., slurp.., akibat sedotannya. Setelah puas myvqhstenjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulumdfjmnu batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.

Melihat batang kemaluan Arie yang masihnsukva memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, "Gila kamu Riee.. kamu masih menantdwqinang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya." Mendenga [17tahun2.com] r tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sahfstmbil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan baeqvgftang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sgaezrangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalixjpsdcnya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehinggawocx liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke b [17tahun2.com] elangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basaejyah itu.

Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. "Aduuh Tante.." sambil melepaskanaxqns pagutan yang telah berjalan cukup lama. "Clepp.." suara yang keluar dari beradunya dua surga iapkdunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan ituyelc perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terkprxsgus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan sexrhbmua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.

"Ariee.."pyzgxk rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemal [17tahun2.com] uan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah  [17tahun2.com] terkubur di dalam liang kewanitaannya.

"Riee, Tante sudah tidak kuat lagi.. Sayang.." desaglknwh Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya tqliarberus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permamlexchinan itu Arie mendesir, "Aduh Tante.. terus Tante.." mendengar itu Tante Rani terus menggeser-khiqupgeserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan orpbjwArie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan lianvqcawig senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauncfzshh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.

Goyangan pantatnya semakin liar danexykun Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran kerinhuvnlgat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang aibdzrsangat menggairahkan, "Prut.. prat.. pret.." Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergetwdxrakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tapxqbnte Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Adbsvgrie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rashqasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. "Ariee.." suara Tante Rani bergetar, "vhpfqKamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaah". "Iya Tante.." jawab Arie.

Selang  [17tahun2.com] beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, "Kamu mau keluar yaa." Ari [17tahun2.com] e merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kljihmvewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitfhzawannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengplkuan keras, "Tantee.. Tantee.." dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, "Riee..". Sambil ked [17tahun2.com] uanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannprcnya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang seylpovknggama Tante Rani.

Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas tzusqyang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Afilaprie. Tante Rani tersenyum, "Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebqwrzih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan."

"Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tankfwbjte dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa.." goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum dtdlkni goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arirbjie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rgeyfani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Thrqgxante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri makasjcwmo ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannyamsgej itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setdgemelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.

"Aduh untung batang kemaluatfainmu Riee.. tidak hidup lagi," bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, "Soalnya eycdikalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Riee" lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelpodxzlah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masinsremjvg-masing.

Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya doxsbangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-xldevjalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapfrqhsnat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi cpqgyang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa mas [17tahun2.com] ih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.

Lalu Arie pun berjalan menuju kolamwnjiu, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mkajxldengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Raheqpni mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, "Nggak ah Tante, Saya malas ke atas [17tahun2.com] nya." Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidprcvkak menggunakan celana renang. "Sudahlah pakai celana dalam aja," pinta Tante Rani. Tantenya yaxektycng terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang ti [17tahun2.com] nggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.

Celana dalam warna biru menempel raveisodpat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan olwzcpugeh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Seusreynhingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereklejoha saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Taorykmdnte Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tanteowst Rani tidak dapat lagi menghindar.

"Udah akh Arie.. Tante capek," seru mesra Tante Rani sam [17tahun2.com] bil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. "Kachpusimu tidak kuliah Riee," tanya Tante Rani. "Tidak," jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemalugzjkcan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sanpzbhvtgat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendgtkzdapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan psfuwhjada akhirnya tantenya tertangkap juga. "Sudah ah.. Tante sekarang mau ke kantor dulu," kata Tagjxrmdnte Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.

Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani  [17tahun2.com] tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah merosot di antara kedua kakinya dengan blxutatang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. "Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudgopmxah ada di bawah lutut.." Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. mqrbaTante Rani hanya tersenyum. "Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa memaswhqebantumu karena Tante harus sudah pergi," kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yayoujng sudah menegang kembali.

Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. "Akhh, Tante masa tidak lkqopunya waktu hanya beberapa menit saja," kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renszhkoang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus ezpwmencium Arie sambiil berkata, "Iyaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan ofznerang lain bisa gawat." [17tahun2.com]

Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk jexqke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundpvwamzak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie vdtadan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorongcbrh Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang [17tahun2.com] sedang menegang.

Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalagsetjnu ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kdfzrolam itu untuk membersihkan badannya.

Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basvngmah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air cbtwyang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan [17tahun2.com] kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengatyfun sabun mandi. "Yuni.. Yuni.. Yuni.." teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. "Masuk Kak Ariee, tidak dikhpwuvunci." balas Yuni dari dalam kamar.

Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tjvluangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadvmthari malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidavwtraxm-idamkan oleh setiap manusia.

"Ada apa Kak Arie," kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya denglshvewan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadchuoi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. "Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena k [17tahun2.com] amar mandi Arie airnya tidak keluar." Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun taptvwgi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuatxtvsbl.

Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan yazsnitu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlikpweihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, "Ini namanya penis.. Sayang," kata Arie yang langsung menuju kamzwtymar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.

Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegegdkang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujuuomvr tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya jumaqptlga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usapzjfdog kemaluannya.

Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya irtnylztu telah berhasil dirasakannya. Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie.mjhga Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. "Kamu juga mau mandi Yun," kata Arie sambil mencmszofiubit pinggang Yuni.

Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Aehsjprie yang masih mengeras. "Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil menunjuknya dengan fimkhjari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idammseoytkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan duxwvzlnia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengeliblyus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusah [17tahun2.com] a meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan.

"Aduh.. jaartpgngan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah." Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari [17tahun2.com] membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemalu [17tahun2.com] an Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya [17tahun2.com] tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulktcsjbumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum kepala bahlkctang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa defgvodntik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.

Setelah sediknumlit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kakaweuzhi Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanyrkyxaoa ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Aobtwhvrie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan sadzdan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnyxhzka naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni nrvtpun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yrhbylang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman.

Kecupan Yuni kadang kala keluar suahqwubara yang keras karena kehabisan nafas. "Pek.. pek.." suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakhjdayein terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah mesihzymbuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggibpvhrr ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dgmsripagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya msvzoxaenggesek-gesekkan sekenanya.

Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, [17tahun2.com] dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang  [17tahun2.com] dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan snmkyegekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. "Auu.." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie sehxosmakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenanleufig iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.

Arie menghentikan pagutan bvwyeibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kidesvtemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yunuqwjsni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan lbmqsendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluakjbnzpn perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yunigmopz karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit waqmcxpjah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yfjvmang baru pertama kali didapatkanya.

Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang ke [17tahun2.com] maluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang [17tahun2.com] . Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.

Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudazlkanh tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh canjwrmgiran yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besadjmarr itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dcisunrengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingvsybpga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil m [17tahun2.com] enggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Mel [17tahun2.com] ihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjad [17tahun2.com] i, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. "Aduvsbghh.. Kaak.." erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan bmfdrhsatang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantalrtvnan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak.."

Mendengar rintihalzpkawn itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya [17tahun2.com] . Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yudrqxtang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kacnaokinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarayclstang menjadi tambah nikmat.

Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan hkjwrliang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie keopnambali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh.. aduh.. Kak," Mendengar rintmzrpihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu sakit Yuni," bisik Arie di telinga Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan sesbaeperti sakit biasa, sakit tapi nikmat.."

Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sicseuhehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah qvuzomasuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaklbyugqi Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dejnlesngan kuat. "Aduhh.." dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui ketamidxpala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang kelwrctvuar dari tubuh mereka berdua.

Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua bmszoatang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. "Preet.." Yuni melotot menahan kesamswvckitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. "Auh.. auh.. auh.." su [17tahun2.com] ara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Ysxrluni. "Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengahxivr itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dctsodaan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranyavokm yang baru kali ini dirasakannya.

Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana bcruskqadanmu," kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. "Uqynjwkdah agak enakan Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan eljmserangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.

Lipantan-lip [17tahun2.com] atan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetapdfnx mengaduh, "Aduhh.." Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Axjtcrie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambakjprvh lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar panliaku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha diuztntekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Meiywduondapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, "Aduhh.. aduh.. Kak.."

regtSelang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kirketaji dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh  [17tahun2.com] Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kegqcpmaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan dceympi pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuiltnni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kesxtcrmaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yun [17tahun2.com] i beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan pusdYuni yang tadinya kencang pelan-pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan seltqkcanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjzietfang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.

Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburannjhr lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dbszotilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya mqcywbeemeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merupdlhvasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yunisnagt. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang diwcnafmiliki Yuni.

Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yunizbyl ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selama [17tahun2.com] t bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggpzwjoyunakan pakaiannya kembali.

Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambizhlcsl sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie l [17tahun2.com] angsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante sudah pulang," tanyactwfl Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari wsxnkcair putih. "Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan yrskldalam keadaan menantang," jawab Tante Rani sambil tersenyum. "Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatousckan sarang yang baru ya.." Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. "Ah Tante, mau cari sangkar di mana," jawacfjxavb Arie mengelak. "Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu ahqjharus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah njvcbermain gila bersama Yuni dan Tante."

Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yagpihjng dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil me [17tahun2.com] raba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kulvkowat berdiri itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa.. Buktinya burung kamu tidak mau tqneberdiri," goda Tante Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok."

Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-w [17tahun2.com] anti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan ataybdwkzu pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.rotg

Tamat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar