Gajigratis.com Tanpa Keluar MODAL Tapi DAPAT KOMISI Milyaran Rupiah !!!

Kamis, 08 Juli 2010

Perjalanan Wisata

Masih segar dalam ingatan, 10 Desember 1997, aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jawa wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor.

Oh iya sebelumnya aku perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota "Malang" dan,................
"Permisi, disini tempat duduk Nomor 6 B?", tanyaku pada seorang wanita yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang di matanya.
"Oh iya benar, mari silahkan", jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang- barangnya yang menempati tempat dudukku.


Aku menaksir dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat kulit putih mulus serta memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan, .......ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas besar (ah koq aku sampai berpikir ke situ ya,... gila). Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.

Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang kami masih asyik berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ..ahhhhh.... Gaya bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.

"En,... Sorry ya kamu udah married ya", tanyaku seenaknya.
"Lho koq nanyanya kesitu, emangnya kenapa sih Mas Ton", rengeknya manja. "Terus kalo aku udah married kenapa dan kalo belum kenapa koq serius banget sih", sambungnya sambil tersenyum.
"Eh enggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab aku takut ada yang marah" jawabku pura-pura bingung.
"Aku cerita ya nanti ganti kamu ya..." aku cuma mengangguk mendengarkan.
"Aku kawin muda 18 tahu karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak di bidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orangtuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah,... udah ah jangan diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho aku pengin santai abis kerja gitu aja,... nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang penting saat ini kita satu bis bersama kan,...." jawabnya lugas.
"Iya deh sorry aku nggak nanya lagi", sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang kearah dada yang montok tersebut (ah,... nakal juga aku rupanya).

Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, Kusodorkan jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar dibahuku dan terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku. (ah,.. dia diam pikirku).

Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa aku mulai merasakan ada yang bergerak didalam celanaku, semakin keras dan keras. Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah terlelap juga aku mulai mengadakan kegiatan gerilya dengan perlahan namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk kearah bawah ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang mulai tadi kuincar, ah,... kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH nya, kurasakan ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik "...mas,.. kamu nakal,... Jangan ah,.....", pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan wajahnya didadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus payudaranya yang kenyal.

Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluaku dan dia menatapku.
"Aku,... Aku,....",... belum sempat dia bicara kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus mengucek payudaranya sambil mempermainkan pentil yang semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan trampil tanpa komando dielusnya penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan,... geli cing,...

Waktu menunjukkan pukul 04.00 bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya. Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilahkannya aku duduk dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas, aku dan dia saling melumat dan tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dada, sambil berjalan kududukan dia di springbed sambil kupeluk dan kuraba punggungnya sampailah pada pengait BH, kutarik pengait nya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar sambil mendesis, kancing T shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan dengan segera kulepas T shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek indah. Seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan menantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya menancap pada ujung payudaranya,.... Kuhisap, ..terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.
" Oh,..... Mas,.... Maaaaaaaasssssssss",.. erangnya.

Tanganku mulai turun kebawah, kubuka kancing celananya dan perlahan kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat, dan mulai basah,.... Kuusap dengan lembut dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama tinggal ditempat basah tersebut kumasukkan perlahan jari tanganku,... basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama klentit dan kudapatkan memeknya semakin berair.
"Aku nggak tahan massssssss,...... ah,...aaaaaahhhhhh,... dipeluknya aku erat-erat dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang. Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.

Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai terlentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, disapnya dadaku, dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam celana dalamku dan ,...BREEEETT ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri, ,....WOOOOOW,... serunya berdesah, "Belum pernah aku melihat benda yang seperti ini, kulirik kemaluanku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras,....
"Ini punya manusia apa kuda ?,...... tanyanya manja. "Punya manusia dengan ukuran kuda",... jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni,..Memang kabarnya sih (enggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal, dan kalau aku pakai celana dalam yang mini bila sedang ereksi maka kepala kemaluanku akan menyembul dari celana dalam) diempotnya sampai pipinya keluhatan cekung,... semangat sekali. Mataku terpejam merasakan nikmatnya.

Tanganku mengucek rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya merasakan geli yang luar biasa. Tidak berhenti sampai disitu saja telor kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.

Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni kuucek dengan jemari memelintir klentitnya dia mulai memuncak. Dipegangnya gagang kemaluaku dan dituntunnya ke dalam liang memeknya,........ dia mendudukiku,..........
"Sekarang ya maaaassssss aku nggak kuat,... hooooooooo,......." Erangnya.
Aku diam saja dan,...... Brreeeeeeesssssss ditekannya kuat-kuat memeknya menutupi kemaluanku aku geli bukan kepalang,...Tapi kulirik masih kepala kemaluanku saja yang tenggelam dalam memeknya, digoyangnya lagi memeknya perlahan sesenti demi sesenti kemaluanku amblas dilahap memeknya. Dia menjerit dan mengerang, begitu merasakan memeknya penuh dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di dalam memeknya. Kami diam sejenak aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut,...

"Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhh" erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Semakin lama semakain cepat disertai erangan manja yang membuat aku tambah terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan,.......... Ooooohhhhhh,......dengan kuat sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris,.... Ampuuuuuuun aku nggak kuat mau keluar Ton,.... Erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku mengocek kemaluannya.

Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.
"Jangan gerak dulu Ton aku nggaaaaak kuat,.....", pintanya. Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di memeknya. Tak lama kemudian dia lemas dan terlentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri belum apa-apa dan siap menghujam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada memeknya yang basah. Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya,.... Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi,.... Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan kelentitnya, kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi. Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya,... tercium bau segar memeknya dan batang kemaluanku semakin mengeras memerah. Aku berdiri dengan memegang batang kemaluan, kusibak rambut di seputar kemaluan Eni dan kugesek-gesekan kepala kamaluanku menyodok kelentitnya dia semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih mudah menerobos memek Eni yang sudah mulai membanjir itu.

Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke memeknya, Eni menggoyangkan pantatnya mengimbangi, sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah rangsanganku,.....
"Teruuuuuuuuuus,... Toooooooooon,.... Aaaaaaaahhhhhh,....
"Yaaaaaahhhhhhh,.............
"Ahhhhhhhhhhhhh,............

Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa berkecipak suara beradunya memek dan kemaluanku,... Kepalaku mulai hangat dan kemaluanku mulai meregang,.....
"Ennnnnn,...... aaahhhhhhh,...
"Apa Ton,.......
"Aku nggak kuat En,.... Mau keluar,......
"Aku sudah tiga kali Ton,...... Tapi sebentar Ton,.......

Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap ujung kemaluanku, ....dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku semakin geli dan geli Aaaaaaaahhhhhhh,... sesaat kemudian,.... Srrrreeeeeeetttttt, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh mulut Eni,... dihisap dan hisap terus,... tak terasa mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai ke pipinya, dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira.

Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku,.. dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai mengecil dan diciumnya kembali, aahhhh,... sudah dulu ah,...aku masih payah,.. pintaku manja.
"Enggak kog aku cuma membersihin yang tadi saja, ini masih ada sisanya koq,..." sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya., setelah bersih,.........
"Terima kasih ya Ton,.... Kamu hebat",...

Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos,... ah,... sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini,...

Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.
Sepulang dari wisata Bali petualangan sexku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar