Gajigratis.com Tanpa Keluar MODAL Tapi DAPAT KOMISI Milyaran Rupiah !!!

Jumat, 09 Juli 2010

Gara-gara Tukang AC

Sejak hubungan sexku dengan si Bandi, aku jadi berubah perlakuanku terhadap suami, mungkin dikarenakan rasa bersalah yang dalam atau aku takut ketahuan tindakanku diketahui olehnya. Kegiatanku senam masih tetap berjalan tapi jadwal kurubah agar bisa menghindar dari kelompok ibu-ibu yang telah mengajakku arisan bulan kemarin. Seandainya sempat bertemu dan mereka mengajakku untuk berkumpul seusai senam aku mengatakan bahwa saat ini aku dijemput suamiku, dan selama ini mereka tidak mencurigai kelakuanku menghindari mereka.

Hubungan sexku dengan suami memang tidak seberapa menyenangkan tapi aku bertindak lebih agresif untuk mendapatkan kepuasan tapi masih dalam batas wajar agar suamiku tidak mencurigai keadaanku. Aku memang berusaha untuk tidak melakukan kegiatan sex di luar suamiku, jika gairahku memuncak dan hebat aku akan melarikan dengan kegiatan yang kuanggap baik dan positif. Seperti sore ini, suamiku belum datang dan aku nampak tegang, kuhibur diriku dengan mengajak anakku ke toko buku untuk membeli keperluan sekolahnya esok hari.

Aku masuk kamar untuk berganti pakaian yang pantas, di depan kaca kupagut pagut diriku, kulihat lekuk tubuhku masih cukup sempurna di usia yang sudah tidak dapat dikatakan muda lagi. Perlahan kubuka perlahan dasterku dan kulihat payudaraku tidak kalah dengan perawan-perawan yang ada, kuselusuri perlahan dengan tanganku, dan berhenti pada ujung payudara yang nampak gelap coklat tua, kupelintir perlahan, muncul rasa yang tidak terkira, tiba-tiba muncul bayangan lelaki yang tak kukenal dengan tangan yang kokoh merengkuh dan melingkarkan tanganya dari belakang, aku semakin bergairah.

Tangan lelaki itu turun ke bawah dan berhenti tepat pada celana dalam hitam milikku, disentaknya kuat-kuat celana hingga robek dan dengan cekatan tangannya menyelusuri liang kemaluanku, aku menggerinjal kuat dan mendesah, tiba-tiba,……..
"Ma,… Mama,…. Jadi nggak ma ke toko buku, kog lama amat sih,……..". Bersamaan dengan suara itu hilang semua bayangan dan aku jadi tersadar bahwa aku hanya berkhayal dan gairahku sudah memuncak, cepat kukemasi dan kurapikan diriku sambil menjawab ketukan anakku bahwa sebentar lagi aku siap. Kukenakan kaos kuning gading kontras sekali dengan BH ku yang coklat sehingga nampak garis hitam melingkar pada payudaraku yang ranum. Dengan dipadu celana Streach melekat pada pahaku yang jenjang, kuperhatikan sekali lagi di kaca sudah cukup pantas dan kulihat payudaraku seakan mau melompat keluar, dan aku yakin bahwa siapapun yang melihat pasti tidak keberatan untuk menjamahnya, aku suka itu.

Kukeluarkan mobil dari garasi dan langsung menuju toko buku yang diinginkan. Setelah memberitahu bahwa nanti aku menunggu di bagian majalah, anakku berlari menuju tempat peralatan yang dibutuhkan, Aku memperhatikan satu persatu pengunjung yang mendekati counter majalah sambil mataku tak lepas dari majalah Popular yang kupegang. Kuperhatikan di majalah itu ada sesosok lelaki yang cukup tampan dengan pakaian renang yang menampakkan tonjolan otot kemaluannya, aku jadi memerah. Tak seberapa jauh kuperhatikan sepasang anak muda yang sedang pacaran dengan tangan laki-laki melingkar mesra pada pinggang perempuan,… dan,…. sreeeet, aku beradu pandang dengan silelaki,…. Matanya kuat memandang dan tajam seakan merobek kaosku. Kualihkan mataku pada majalah dan saat aku melirik lagi, mata tajam itu masih menatapku tajam apalagi saat kulihat si wanita asyik membungkuk memilih buku. Tak seberapa lama kuperhatikan si wanita turun pada lantai bawah dan lelaki sendirian, di luar dugaan anak muda itu berani mendekat dan menyapaku "……Hai,……", aku hanya tertegun melihat keberaniannya tanpa kujawab sapaannya. Dia kembali pada posisinya, dan tak lama kemudian si wanita sudah berada di dekatnya lagi. Aku jadi risih dan cepat-cepat aku turun mencari anaku. Saat turunpun kulirik matanya yang tajam tetap menatapku.

Sesampai di rumah, kulihat suamiku sudah datang, anakku sibuk membongkar belajaannya dan suamiku senyum mendengar ceritanya berbelanja.
"Oh iya ma,….tadi aku nyalakan AC kog nggak bisa, dan telah kulaporkan pada dealernya besok akan direparasi,…….." lapor suamiku sambil bibirnya disumbat rokok. Aku hanya mengiyakan saja karena aku memang jarang menghidupkan AC kalau memang tidak kegerahan. Setelah makan malam aku langsung masuk kamar, kuganti pakaianku dengan daster warna hijau muda kesukaan suamiku, kusengaja tali di bahu sedikit kendor, rupanya suamiku tahu keinginanku, saat naik ke tempat tidur dan masuk selimut, tangan suamiku langsung mendekap payudaraku, aku menggelinjang dan tak seberapa lama kurasakan suamiku menindihku dengan ganas dan dengan cepat penisnya disorongkan pada memekku aku merasakan memekku penuh oleh penisnya dan belum sempat aku ikut goyang lama kurasakan semprotan kecil keluar dari penis suamiku, kiranya permainan malam itu berakhir cukup cepat. Kulihat suamiku terlelap kepuasan, sedangkan aku hanya separuh saja, permainan belum berakhir tuntas.

Dengan memakai hem cukup panjang untuk menutup paha, aku mengantar suami dan anakku berangkat ke sekolah dan kantor, aku menutup garasi dan menuju pintu ruang tamu. Aku kaget mendengar suara bel rumah berbunyi, cepat aku bergegas menuju ruang tamu, aku mengira suamiku kembali ada barang yang ketinggalan. Begitu pintu kubuka betapa terkejutnya aku, berdiri sorang lelaki muda dengan pakaian kerja ketelpack warna biru dengan nama perusahaan tertentu. Aku tertegun dua kali karena anak muda yang berdiri di depanku speretinya sudah aku kenal. Dia mengulurkan tangan dan menyebut namanya "Fredy", belum sempat aku membalas namanya, dia sudah menceritakan bahwa kemarin sore telah bertemu denganku di toko buku, aku jadi teringat, kiranya si Fredy kemarin yang sempat bersama pacarnya dan menyapaku, aku jadi salah tingkah.
"Maaf bu, perusahaan kami ditelepon sama pak Andrian bahwa AC nya rusak, dan saya yang ditugaskan untuk membetulkan di sini,…" katanya sambil matanya tak lepas memandang seluruh tubuhku yang masih awut-awutan. Aku menyuruh dia duduk dulu sambli bergegas aku masuk ruang untuk ganti pakaian. Gila kenapa semuanya jadi serba kebetulan begini. Anak muda itu tidak tampan tapi tatapan matanya tajam seakan membelah bajuku ini. Aku menjadi tertantang untuk membuktikan keberaniannya kemarin. Kukenakan kaos kemarin di padu dengan span yang cukup pendek memperlihatkan tungkaiku yang panjang.

Saat aku keluar dan berjalan keruang tamu kuperhatikan mata Fredy tidak lepas dari tubuhku, berani juga anak ini. Aku duduk didepan Fredy sambil kusilangkan kakiku dan mata Fredy juga mengikuti langkah kakiku saat bersilang, aku yakin dia akan bisa melihat bagian yang paling dalam milikku, aku jadi semakin suka. Sehabis basa-basi sebentar, kupersilahkan Fredy untuk membongkar AC yang rusak di kamar tidurku. Rupanya dia juga pandai memuji hingga membuatku semakin tersanjung dengan mengatakan penataan kamar tidurku rapi dan warnanya serasi, membuat orang betah untuk tidur berlama-lama. Akupun tidak terasa mulai hanyut dan duduk di tepi kasur memperhatikan kerjanya. Mata Fredy sesekali melirik ke arah dadaku kemudian turun pada pahaku yang kubiarkan sedikit terbuka karena rokku cukup pendek. Untuk membuat suasana tambah gayeng kucoba mengingatkannya dengan berkata,…….
"Kog dik Fredy kalau melihat saya seperti itu sih,… aku jadi takut,… kan dik Fredy sudah punya pacar,… sama kan dengan pacar dik Fredy,….." Fredy hanya tersenyum saja dan berkata,….
"Ehhhhh,… maaf nyonya,… saya tidak sengaja,… eeeeee" katanya terbata-bata dan matanya kembali bertabrakan denganku.
"Eeeee apa dik,…" tanyaku menyelidik sambil senyum.
"Abis badan nyonya sintal sekali padahal nyonya sudah dikaruniai anak", jawabnya seenaknya.
"Jangan panggil nyonya ya,… mbak saja cukup,…." pintaku.
"Iya nyonya,…. Eh mbak,….." gayanya melucu.
"Kalau apel sama pacarnya,… tiap malem ya,.. wah asyiiik dong,.." kataku mulai menggoda.
"Ah enggak nyonya,.. mbak,…. Yach paling-paling 3 atau empat hari sekali,.." jawabnya.
"Terus,……. ngapain aja dik Fredy kalau apel,"…. Tanyaku sambil senyum.
"Yach,… mbak kan lebih pengalaman dari saya, masak mau diceritain,…", katanya sambil senyum penuh arti, dan aku tambah menggoda dengan mengubah posisi dudukku. Dan,…. Mata itu terus mengikuti gerakanku.
"Eh kog dik Fredy dibiarkan aja ya,.. sebentar ya tak buatkan sarapan pagi biar enak", pintaku sambil bergerak menuju dapur.
"Oh nggak usah mbak, ditemani mbak begini saja saya sudah kenyang kog,.. apalagi ..."
"Apalagi apa dik,… ayo teruskan," pintaku sambil melirik. Aku terus menuju dapur dan Fredy masih sibuk membongkar AC di kamar. Di dapur aku tidak mengerti apa yang kumasak, karena dari pembicaraan itu gairahku mulai muncul dengan gaya dan keberaniannya. Aku hanya duduk menghadap kompor sambil melamun membayangkan Si Fredy yang nakal. Kubayangkan bagaimana matanya yang hitam menjelajah tubuhku, aku jadi berkeringat, dan,…. Aku terkejut saat kurasakan ada tangan memelukku lembut dari belakang, saat aku menoleh kudengan dia berbisik,……. "Apalagi dapat sarapan dengan tubuh Mbak yang sintal ini," katanya sambil mempererat pelukannya. Aku reflek bergerak menghindar berbalik dan di luar dugaan bibir Fredy menyambar cepat bibirku. Melekat erat, aku memberontak dengan mendorong dadanya menjauh, semakin kuat aku mendorong, semakin kuat pula bibirnya menempel, aku terus berusaha tapi dia lebih bisa mengupas bibirku dengan lihay. Akhirnya perlahan badanku lemas merasakan hebatnya ciuman Fredy, sesuai iramanya aku hanyut saat lidah melilit pada lidahku. Kini akau berhadapan pasrah dengan dada menempel dadanya, tidak bidang kurasakan tapi cukup menampung semua payudaraku bersandar leluasa.

Kurasakan tangannya mulai menyelusuri punggungku dan pantatku tak luput dari belaian. Dua pantatku dilingkup dengan kedua tangannya dan diangkat perlahan, aneh memang, saat tangan mengangkat pantatku, kurasakan ada desiran gairah semakin besar, aku semakin pasrah. Fredy menarik ke atas kaosku sehingga bagian atas tubuhku hanya tertutup BH Fredy memandang tak berkedip. Diciuminya leher, sementara tangannya mengucek-ucek dengan nafsu payudaraku. Ujung payudaraku tidak luput dari usapan tangannya. Warna coklat tua melingkar direngkuh dan dipelintir nyaman, aku kegelian dan kurasakan memekku mulai berair banyak. Dibaliknya badanku sehingga membelakangi dia dan mulutnya mengupas punggungku senti demi senti. Giginya membuka pengait BH dan begitu BH terbuka payudaraku diraih dari belakang dan mulutnya terus menyelusuri pinggang dan pinggulku. Kini mulutnya turun menguliti rok spanku dan semuanya terbuka tinggal CD saja. Badanku dibalik kembali sehingga berhadapan, diangkatnya diriku dan didudukkan pada sebelah kompor. Aku hanya diam dan terpejam merasakan perlakuannya. CDku ditarik dan dipisahkan dari selangkanganku. Aku tetap terpejam dan di luar dugaan, kurasakan lidah Fredy mulai menggelitik memekku,… Aku mendesah hebat saat lidahnya yang panas penuh masuk menjalari dinding memekku yang mulai basah. Kudengar hisapannya rakus menghisap memekku yang basah dan memerah.

Kuucek kepala Fredy yang maju mundur menutup memekku, aku tidak kuat, kurasakan adanya air yang semakin membanjiri memekku. Tiba-tiba Fredy menarik mulutnya dari memekku dan berdiri, aku memandang dengan pasrah. Kulihat Fredy mulai memprotoli ketelpacknya hanya tinggal CD bertuliskan Crocodile berwarna kuning dan kulihat otot penisnya sudah menggelembung. Fredy menarik kertas tissiu dari meja makan dan berjongkok mengelap memekku yang basah, setelah dirasa kering, dimasukkan lagi tangannya menyibak rambutku yang lebat dan cepat-cepat disorongkan mulutnya dengan gesit menjelajah lagi seluruh memekku,… Gila,…. "Eeeeeeezzzzzhhhhsssssssss gghhhhhzzzzzzzzz,…" eranganku semakin tak ketemu arti, tapi Fredy justru tambah giat menjilati memekku. Kurasakan clitku digigit kecil dan ditarik dengan jarinya. Aku tidak betah melihat perlakuannya dengan keras kutarik kepala Fredy menjauh memekku dan aku berdiri berhadapan dengannya. Kupegang penisnya dari luar CD dan kurasakan kekakuan yang hebat. Tanganku menyelusuri CD dan kusentuh lembut penis Fredy, dia menggeliat. Kutarik CDnya paksa dan nampak penisnya melompat keluar.

Kemaluan Fredy tidak besar, tapi kaku. Kuusap-usap dengan jempolku dan ujung penisnya mulai berair bening. Fredy memandangku dengan senyum aku mengerti. Aku berjongkok perlahan dan kusorongkan mulut mungilku mengecup penisnya,… dan,…. Dengan lahap perlahan perlahan kumasukkan seluruh batang penis Fredy ke dalam mulutku. Di luar dugaan kulihat lutut Fredy gemetaran menerima perlakuanku. Aku semakin bersemangat. Hisapanku berhasil mengeluarkan suara erangan dari mulut Fredy yang tak kumengerti artinya. Kujilat seluruh bagian penis tanpa tersisa. Tanganku yang kanan memegang batang penis sementara tanganku yang kiri kupergunakan untuk mengucek memekku sendiri agar birahiku mencapai puncak. Bulu-bulu penis Fredy beradu dengan hidungku, aku geli.
"Mbak,…zzzzzzzzzsssssssssssttttghffffffffff". Aku tak menghiraukan erangan gairahnya, tak berapa lama aku menghisap dan mengulum penisnya, Fredy mengatakan,…"Mbak,……aku mau keluar,…ssssss". Aku tak menghiraukan semakin kukocok penis Fredy dengan mulutku, tiba-tiba,….."sreeeeet,…..sreeeeeet,……sreeeetttttt" kurasakan ada semprotan kuat keluar dari penis Fredy rasanya asin gurih, langsung menuju tonggorokanku. Aku langsung menelan tanpa sisa, sambil terus kuhisap kulihat Fredy semakin tak karuan. Kurasakan sisa-sisa sperma Fredy keluar saat hisapanku kuat pada ujung lubang penisnya, kuhisap terus dan terus sampai akhirnya penis Fredy tak mampu lagi berdiri. Aku duduk dan menyandarkan diri pada bahunya, Fredy diam saja, sekitar 3 menit kami saling diam dan kulihat Fredy mulai memelukku, aku diam saja dan tangannya kembali beraksi,… gila nih anak. Kutoleh dia hanya tersenyum dan tanpa menunggu waktu lagi langsung kududukkan Fredy di lantai bawah dan kuambil lagi penisnya yang masih lemas,…. Kukocok dan mulutku mulai beraksi, di luar dugaan begitu penisnya tertempel bibirku langsung tegak menantang,…. Kuemut terus dan kukocok, Fredy lebih bergairah. Fredy menarik mulutku menjauhi penisnya.

Aku diterlentangkan di lantai, kurasakan punggungku dingin tapi jilatan Fredy pada seluruh tubuhku bagian depan dapat menghangatkan lantai. Dibukanya selangkanganku lebar-lebar dan tangan Fredy lincah menari menunggui memekku yang sudah basah. Mulut Fredy seakan tak lelah mengelomoh dan mengupas habis memekku yang memerah dan kurasakan clitku mulai kaku. Setelah kurasakan hisapan yang dahsyat dan memekku semakin basah Fredy berdiri dan membalik badanku hingga tengkurap. Saat tengkurap ditariknya pinggulku menuju badannya sehingga kedua sikuku menempel di lantai dan kedua lututku dibuat berjauhan, aku menungging pasrah. Dari belakang kurasakan Fredy menggila menjilati memekku yang kelihatan merekah. Fredy menjauh dan kurasakan desahan nafasnya membesar. Aku terkejut memekku digeser-geser dengan penisnya, kuarahkan pantatku ke belakang dan Fredy menjauhkan penisnya dari memekku, dia menggoda dan aku jadi penasaran ingin merasakan penisnya.

Kurasakan penis Fredy kini mulai mendesak memekku dari belakang dan,… terpeleset, kurasakan Fredy kesulitan mengepas penis dan memekku. Kini ujung penis itu telah tepat pada lubang memekku, perlahan dan pasti gerakan Fredy maju sedikit demi sedikit menuju dinding memekku. Aku menunggu dan kurasakan gesekan perlahan itu menimbulkan sensasi yang hebat pada tubuhku. Saat penis Fredy sudah seluruhnya mengisi memekku, Fredy diam sesaat sambil membelai-belai pinggungku yang bulat. Aku merasakan semuanya, dicengekeramnya pinggangku kuat-kuat dan Fredy mulai bergerak maju mundur membelah memekku. Aku mengimbangi dengan memutar-mutar pantatku seperti penari perut, Fredy mengimbangi dengan sodokan-sodokan gilanya. Pinggulku dipakainya sebagai setir, jika ingin gerakan lambat, ditariknya pinggulku kuat-kuat sehingga aku tidak bisa bergerak demikian pula sebaliknya, aneh sekali aku menikmati penuh permainannya. Kurasakan telur penis Fredy menghantam pantatku sebelah bawah saat penisnya masuk total pada memekku. Pantatku terus bergerak dan penis Fredy tidak tinggal diam, semua tenaga aku kerahkan untuk memperolah kepuasan maksimum, selang bebarapa saat di mana aku telah banyak mengalami orgasme, Fredy berteriak mau kelar spermanya,… aku bilang keluarkan saja semaunya,….

Aku mempercepat gerakan dan anehnya Fredy menahan pinggulku kuat-kuat, dia bergerak maju mundur perlahan, aku mengimbangi dan,… Fredy berhenti sambil menancapkan kuat-kuat penisnya di memekku,….. Cruoooottttttttttt,…..cruuuoooooot,…….cruoooottttt,…. Aku merasakan sesuatu yang tidak dapat kulukiskan dengan jelas, kenikmatan dan kesenangan yang tiada duanya. Fredy masih menancapkan kuat-kuat penisnya, tangan Fredy membantu mengelus memekku, kombinasi ini yang sangat membuatku merasa selangit. Fredy menarik penisnya keluar memekku, kulihat sperma Fredy ikut tumpah saat penisnya menjulur keluar. Aku berbalik, kupegang penis Fredy yang setengah tegang, kubersihkan dengan mulutku, kutarik ulur Fredy kegelian, dia hanya meringis dan mengelus rambutku. Setelah bersih, kueluarkan penis Fredy yang semakin mengecil, lucu.

Fredy bergegas ke kamar mandi kemudian memakai kembali ketelpacknya, kupeluk dia dan kuberikan kecupan mesra tiada tara. Fredy kembali bekerja dan aku mandi di ruang tidur tempat Fredy bekerja. Kubiarkan Fredy membetulkan AC sambil menikmati tubuhku yang telanjang saat mandi. Aku sengaja hanya menutup dengan kelambu transaparan. Fredy berhenti sejenak ikut membantu menyabuni diriku dan tangannya tak lepas dari memekku. Dikatakan bahwa memekku tak kalah dengan perawan sekarang,… Gila,…………..Payudaraku yang kenyal juga menjadi sasaran remasan tangannya. Pentilku mengejang tapi Fredy melepaskan.

Selesai mandi kami makan mie instant berdua dan aku menyuruh Fredy untuk tidak menyelesaikan pekerjaan hari ini, agar besok dia datang lagi, Fredy setuju. Hari kedua aku sengaja memberikan servis total pada Fredy tanpa ragu dan malu lagi, Fredy menyambut dengan bahagia. Setelah kejadian itu, aku bersepakat dengan Fredy untuk tidak bertemu lagi karena kondisi dia dan aku berbeda, dan Fredy dengan sabar dan mengerti mau menerima semuanya. Kuberikan ongkos yang lebih untuk dua hari menservis AC ku luar dalam dan Fredy menerimanya.

1 komentar: