Gajigratis.com Tanpa Keluar MODAL Tapi DAPAT KOMISI Milyaran Rupiah !!!

Jumat, 16 Juli 2010

Barbara

Barbara begitu tak sampai hati melihat keadaan mamanya, nyonya Christine, di dalam keadaan usia tua masih terus bekerja membanting tulang semata - mata karena hanya untuk makan sehari - hari. Bagaimana nyonya Christine tidak harus demikian, karena sejak kematian tuan Rudolf suaminya tak ada lagi yang memberikan makan mereka selain dengan cara yang demikian itu. sedangkan disisi lain nyonya Christine hanya hidup seorang diri di desa Briming yang lengang dan tidak banyak memberikan pola kerja selain daripada menjahit pakaian - pakaian orang - orang di sekitar kebun anggur itu. Ia untuk bekerja seperti mereka - mereka nyonya Christine betul - betul sudah tak kuat. Usianya yang memasuki empat puluh lima tahun itu sangat membuat ia semakin lemah, apalagi ia sudah mulai merasakan adanya sakit rematik, sehingga pekerjaan yang semestinya dikerjakan oleh kaum lelaki itu sungguh membuat ia tidak bisa sama sekali, selain hanya dengan cara menjahit pakaian - pakaian orang yang ada di sekitar kebun anggur itu.

Pekerjaan nyonya Christine memang tidak terlalu berat, tetapi justuru di mata Barbara merupakan suatu pukulan bathin karena tak sampai hati melihat mamanya yang sudah dimakan usia tua itu masih terus bekerja keras hanya dikarenakan semata - mata untuk makan sehari - hari.
Di kala tegang - tegangnya pikiran Barbara memikirkan orang tuanya, tiba - tiba tuan Michael Dorby si pemilik kebun anggur itu datang ke rumahnya dan sekaligus meminta kepada orang tuanya agar Barbara dapat diajak ke Switzerland untuk dijadikannya sebagai tenaga penyalur di negara kincir angin itu.
Mengetahui maksud baik Michael Dorby sudah barang tentu diterima nyonya Christine. Untuk itu ia langsung menyerahkan puterinya itu untuk dibawa Michael Dorby ke Switzerland.
"Saya memang sudah semestinya beristirahat dan di samping itu sudah waktunya buat Barbara mencari kehidupan sendiri. Bawalah dia, tapi tolong jaga anak saya itu baik - baik, tuan...." kata nyonya Christine menjawab permintaan juragan kebun anggur itu.
"Ow, masalah keselamatan diri puteri nyonya, saya yang bertanggung jawab..." kata tuan Michael Dorby memberikan keyakinan kepada orang tua itu.
"Lalu rencana tuan, Barbara hendak tuan jadikan apa di kota besar itu ?" seketika nyonya Christine mendesak bertanya. Tuan Michael Dorby tersenyum kecil dan menghela napas panjang.
"Penyalur. Setelah anggur kami ini diproduksi menjadi minuman. Jadi di Switzerland Barbara kami tempatkan di sebuah toko besar dan di situlah dia akan kami berikan kepercayaan untuk menangani permasalahan jual beli. Selain untuk mengajarkan dia supaya menjadi orang cerdik, dia juga memiliki wajah menarik yang semata - mata dapat mengundang rasa senang kaum pembeli, nyonya...." sahut lelaki yang bertubuh gemuk serta pendek dan berkepala botak itu kepada nyonya Christine sambil tersenyum.
Pembicaraan yang agak panjang dan mendetail itu akhirnya semakin membuat mengerti nyonya Christine. Maka setelah itu sepetang - petang harinya juga lelaki bandar anggur itu mengajak Barbara berangkat menuju Switzerland dengan mengendarai kereta api. Bukan main senangnya perasaan Barbara di kala lelaki setengah baya itu mengajaknya pergi ke kota besar. Selain dia memang sudah merasa jemu dengan keadaan desa Breming yang sepi itu, ia juga merasa mempunyai kewajiban untuk menjadi seorang yang mandiri dan sekaligus dapat meringankan beban mamanya yang sudah lama menjanda itu.
Tiba di Switzerland dengan mengendarai sebuah taksi dodge kuno, gadis yang masih di bawah umur itu dibawa Dorby ke sebuah kios besar yang berisikan berbagai bentuk dan model jenis minuman keras. Ketika melihat keadaan toko yang besar dan luas itu semula Barbara agak bingung dengan ketidakmengertiannya. Tetapi setelah dua hari berselang dan telah diajar dengan baik cara - cara menghadapi kaum pembeli akhirnya Barbara menguasai pekerjaannya itu.
Pada suatu malam, di kala waktu sudah menunjukan pukul sembilan lewat di kala toko sudah tutup, Barbara berlalu ke dalam kamar mandi yang letaknya di bagian dalam toko itu. Dia tampak sudah begitu lelah dan tubuhnya yang sejak tadi berkeringat melayani pembeli yang membludak sudah membuahkan aroma bau yang kurang sedap. Gadis yang baru menginjak dewasa dan bertubuh padat sekali serta montok itu bermaksud hendak mandi.
Tetapi alangkah terkejutnya ketika tiba di muka pintu kamar mandi itu. Seperti orang terkesima, ia melihat Dorby dalam keadaan telanjang bulat tengah menunduk membelakangi pintu kamar mandi asyik sekali mengocok - ngocok kemaluannya yang diborehkannya sabun miyana.
Gila.....? sentak Barbara di dalam hati terpaku melihat tubuh gemuk pendek bagai babi itu dalam keadaan telanjang bulat dan seolah - olah tidak memperdulikan apapun yang terjadi ketika itu. Kocokan - kocokan telapak tangan pada batang pelernya itu membuat bunyi yang berdecak - decak di antara busa sabun mandi. "Akkkkh," desah gadis itu lagi mulai merasakan adanya kelainan di dalam dirinya sewaktu melihat adegan tersebut.
Jantungnya mendadak bergetar keras dan tubuhnya menjadi gemetaran. Sedangkan kelentitnya terasa berdenyut - denyut seketika, dan akibat menahan nafsu itu tiba - tiba terasa cairan agak kental dan licin mengalir keluar dari pelupuk liang vaginanya.
Dorby tampak megap - megap menyeringai dengan kepala tertatap menghadap keatas langit - langit kamar mandi itu. Sedangkan pinggulnya yang padat dan berlipat - lipat karena lemak itu tampak bergoyang - goyang ke muka belakang mengikuti gerakan telapak tangan yang mengkocok kocok kemaluannya. Dan selang beberapa saat tiba - tiba lelaki itu terdengar mengerang dengan suara serak - serak parau yang kemudian dilanjutkan dengan meluncurnya denyut - denyut cairan yang memancar keluar dari lubang kemaluannya. Cairan yang tampaknya kental berwarna putih itu, mendenyut - denyut terlempar jauh sampai membentur dinding tembok kamar mandi.
"Gila...?" kata hati Barbara yang masih tegak terpaku menyaksikan ulah sang majikan yang sinting sendirian itu. Ia betul - betul menjadi terangsang hebat, dan sekaligus membuatnya menjadi resah tak menentu. Namun sedemikian tegangnya keadaan yang dialami Barbara ketika itu, sedikitpun ia tidak bergerak dengan wajah tertatap lurus mengarah ke arah Dorby yang tampak mulai mencuci kemaluannya dengan air.
Setelah selesai membasuh kemaluannya lelaki itu bermaksud hendak keluar dari kamar mandi tersebut, tetapi alangkah terkejutnya ia di kala membalikkan tubuh tiba tiba menjumpai Barbara yang berdiri tegak di muka pintu dengan sikap penuh keterpanaan.
"Haiii....kau......kau............." sentak Dorby dan berusaha menutupi kemaluannya dengan kedua belah telapak tangannya. Wajahnya merah padam seperti menahan malu. "Sedang apa kau disitu?" sambungnya berusaha menggapai handuk yang tergantung di sebelah kiri dan sekaligus menutupi pinggangnya dengan handuk itu.
"Sa.....saya ingin mandi tuan........." sahut Barbara dengan wajah agak pucat dan gugup. Betapa dia tidak harus menjadi demikian? Di kala lelaki setengah baya itu membalikkan tubuh, dengan jelas mata Barbara melihat sesuatu yang menggantung masih sedikit tegang itu sungguh panjang dan besar. Dan bulu jembut di bagian pangkal peler. Hal yang demikian itu sungguh membuat Barbara menjadi tak kuasa menghadapi keadaan.
"Sa.......saya lelah, tubuh saya sudah bau oleh keringat. Sedang apa tuan tadi di sini sendirian?" sambung Barbara lagi. Melihat sikap Barbara yang bertanya itu, sedangkan perasaan gelisah mulai pudar dirasakannya lalu dengan senyuman yang dipaksa - paksakan lelaki itu menjawab.
"Saya sedang membersihkan kemaluan saya yang amat kotor oleh kotoran. Kalau kau mau mandi, mandilah dulu......." ujar lelaki itu dan kemudian langsung berusaha keluar dari kamar mandi itu.
Di kala lelaki itu berlalu lewat ruangan di muka pintu, Barbara berusaha melangkahkan kakinya maju sekalipun dirasakannya ketika itu dadanya berguncang hebat. Dan di kala ia telah masuk ke dalam kamar mandi itu dan tak memperdulikan lelaki yang sudah berlalu meninggalkan kamar mandi, dengan di sertai tubuh yang gemetaran ia mengunci pintu dari dalam kamar mandi.
"Aaaaah......." desah perempuan itu di kala ia meraba bagian kemaluannya yang sudah telanjang bulat. Telapak tangan kanannya yang berusaha meraba kemaluannya itu merasakan adanya cairan - cairan kental dan licin sudah memenuhi rongga yang ada di liang vaginanya. "Aku rupanya sudah mengeluarkan air nafsu, ooooohhhhh.............." sambungnya lagi di dalam hati dan kemudian meredupkan kedua matanya di antara yang sedikit terangkat.
Kobaran rangsangan mendadak datang menggangu jiwa perempuan itu. Darahnya terasa mendesir kuat dan kemudian membuat sekujur tubuhnya menjadi hangat. Sedangkan jantungnya terasa kian berdegup keras dan membuat dadanya tergetar - getar. Tubuhnya gemetaran menahan rangsangan yang sudah tidak terkendalikan itu. Dan di seluruh bagian dalam kemaluannya semakin banjir oleh derai derai air maninya sendiri.
"Oouuuuuuukh........eeeeeessssstttttttt........." rintih perempuan itu berusaha menggosok - gosok bagian permukaan kemaluannya dengan telapak tangan. Dan kemudian khayalannya melayang tinggi teringat kepada masa masa lalunya yang pernah dialaminya bersama Jhose, bekas rekannya satu sekolah di sebuah yayasan orang - orang tidak mampu.
Jhose betul - betul membuat sekujur tubuhnya menjadi hangat dan nyaman. Kemaluannya yang besar dan panjang itu sungguh membuat ia mendelik - delik menahan nikmat yang tiada tara. Tetapi sayangnya kenikmatan yang sangat itu tidak bisa diulanginya lagi. Setelah Jhose selesai menamatkan sekolahnya, lalu pemuda itu pergi ke George dan kemudian bekerja di sebuah pabrik perkayuan. Sejak itu Barbara sudah tak pernah berjumpa lagi dengan pemuda yang pernah memikat hatinya itu.
Sambil terus menerus mengusap - usap permukaan lubang vagina yang di tutupi rapat oleh bebuluan jembut. Khayalan terus menggelinyang membayangkan kejadian - kejadian yang pernah dirasakannya bersama Jhose.
"Uuuukkh, sayang kau tak ada disini Jhose, kalau seandainya saja kau ada disini alangkah nyamannya tubuhku ini. Tentunya kita berdua akan mendesah - desah merasakan nikmatnya sentuhan antara kelamin kita. Ooooh, Jhoss...." kata perempuan itu terpejam - pejam dan terus menggosok - gosok permukaan vagina, yang semakin lama semakin banjir oleh denyut - denyut air mani karena menahan nafsu yang berkobar itu.
Namun di kala asyik - asyiknya perempuan itu menghayal dan merasakan nikmatnya sentuhan telapak tangan yang mengusap - usap permukaan liang vagina, tiba - tiba pintu yang tertutup terkunci itu terdengar diketuk orang dari luar. Khayalan Barbara sudah melayang tinggi itu mendadak sayup dan kecut karena keterkejutan.
"Siapa di luar?" sentaknya seraya bergegas menutup bagian tubuhnya dengan handuk. Dan kemudian dari luar kamar mandi terdengar suara menyahut.
"Aku Bay, buka pintu. Ada sesuatu yang ketinggalan di dalam kamar mandi...." suara dari luar menyahut yang lain tidak adalah Dorby. Ded! Jantung Barbara agak berdetak kaget. Sedangkan keningnya mengernyit berpikir - pikir. "Mau apa boss? Akh biarlah aku buka pintu ini, kalau dia mau biarlah akan aku penuhi seleranya daripada mengonani seperti tadi.....?" bisiknya di dalam hati dan kemudian tangannya mulai memutar anak kunci.
"Celanaku tertinggal, aku tidak bisa mengambil pakaian kalau dengan hanya mengenakan handuk seperti ini...." kata Dorby yang tampak tegak di muka pintu dengan tubuh yang hanya ditutupi selembar handuk. Namun mata pria itu tampak berbinar tajam memperhatikan tubuh Barbara yang hanya ditutupi selembar handuk juga. Namun di bagian atas dia melihat sepasang buah dada yang bulat besar dan montok sama sekali tak tertutup oleh handuk. Dan seketika itu pula tubuhnya tiba tiba menjadi bergetar menahan nafsu ingin rasanya ia menjilat dan melumat puting susu yang tampak mencuat ke muka itu. Namun untuk itu ia masih belum berani melakukannya. Ia mempunyai pikiran, apa pendapat nyonya Christine kalau dia sampai melakukan ke kurang ajaran terhadap putrinya itu. Alangkah malunya ia seorang juragan anggur telah melakukan hal kriminil yang semata - mata membuat nama baiknya menjadi tercemar.
Maka seketika di kala itu ia berpura - pura melangkah masuk dengan tujuan ingin mengambil pakaiannya yang tergantung di dinding sebelah kiri kamar mandi itu. Tetapi tak ubahnya pepatah mengatakan pucuk dicinta ulampun tiba, mendadak setelah ia berada di dalam kamar mandi itu, dan di kala baru saja ia hendak menggapai pakaiannya yang tergantung tiba - tiba Barbara mendekati dan kemudian handuk yang melingkar di pinggangnya di tarik lalu Barbara pun berusaha melepaskan handuknya pula. Sehingga kedua tubuh yang ada di dalam kamar mandi itu sudah dalam keadaan terlanjang bulat.
"Gila....? kau mau apa Bay...?" cetus juragan anggur itu dengan kepura - puraan dan dengan kedua mat membelalak.
"Tuan tidak perlu khawatir, saya mengerti semenjak nyonya Melinda meniggal dunia setahun yang lalu, tuan sudah kehausan. kita tidak berbeda tuan.... saya pun haus tuan...." seloroh Barbara bagai tak sadarkan diri membuka ucapan demikian.
"Haaaa?" sentak lelaki itu dengan mata agak membelalak karena penuh keterkejutan. Namun di kala perempuan itu selesai menghabiskan kalimat ucapannya, tiba - tiba ia merasakan denyut - denyut kemaluannya yang lama kelamaan bangkit tegak berdiri. Dan di kala milik lelaki itu bangkit menegang, darah di sekujur tubuh Barbara terasa menyirap kuat dan sekaligus membuat tubuhnya menjadi hangat karena menahan rangsangan. Ia betul - betul merasa gemas melihat sesuatu yang semula bergelayut itu tiba - tiba berdenyut - denyut dan kemudian tegang dengan kerasnya. Dadanya seketika berdegup keras, tulang - tulang di seluruh tubuh terasa tergetar dan seketika saja ia melangkah mendekati lelaki itu.
"Biarlah di kamar mandi ini kita lakukan tuan...." ujar Barbara lagi dengan disertai tatapan mata sayu, dan kemudian melangkah mendekati. "Rasanya tak ada halangan sekalipun kita lakukan di tempat kosong seperti ini...."
Dorby tercengang diam. Namun di hatinya ketika itu, dia memang betul - betul mengharapkan itu bisa terjadi.
Sementara Dorby terdiam bengong sambil menghela napas panjang, ketika itu Barbara memperlihatkan tubuhnya yang kuning langsat itu. Dorby mulai menggerayangi paha Barbara lalu ke atas dan sampailah ke puncak yang ditujunya.
"Oh....akh Dorby jangan ditusuk pakai jari aaakhhhh....." kata Barbara sambil menggelinjang.
Sejak kematian istrinya nyonya Melinda, ia memang betul haus akan persetubuhan dan rindu sekali menikimati sentuhan lembut dari seorang wanita. Tetapi memang keadaan dirinya yang kurang menarik, wanita-wanita tidak begitu bernafsu untuk melayaninya. Muka buruk, hidungnya pesek, kulitnya hitam dan bentuk postur tubuhnya gemuk pendek serta kepala pun botak itulah penyebab wanita-wanita kurang menyenanginya.
Namun kali ini seperti katak merindukan hujan, tiba-tiba hujan itu turun dengan derasnya. Begitulah yang ada di dalam hati lelaki itu. Maka seketika ia memandang bagian selangkangan paha Barbara yang tampak rimbun oleh bebuluan yang keriting dan panjang sampai menepis ke bagian bawah pusarnya. Dan ketika tatapan itu terjadi tubuhnya mendadak menjadi gemetaran karena menahan nafsu. Di bawah pinggang yang ramping dan berkulit putih itu ia melihat pinggul Barbara padat, sekal dan berlipat-lipat. Di bagian atas pinggang perempuan itu ia melihat sepasang buah dada yang bulat, padat dan dihiasi puting susu yang tampak sudah mencuat tegak berdiri. Seketika lelaki itu menelan air ludah akibat menahan nafsu, dan dibiarkannya perempuan itu mulai merendahkan tubuhnya, duduk berjongkok sambil menggenggam batang peler.
"Juuuuuhhh…" erang suara Dorby menyeringai di kala telapak tangan pegawainya itu mulai menyentuh batang kemaluannya. Jantung yang sudah terasa berdegub menggetarkan dada terasa semakin menjadi-jadi. Apalagi setelah itu Barbara tampak mulai mendekatkan bibirnya kearah bagian kepala zakar. Dan dia mengerti kalau perempuan itu ingin melakukan sesuatu, maka seketika itu ia perlahan-lahan mengangkat mukanya memandang keatas langit-langit kamar mandi itu, berusaha menikmati apa yang dilakukan Barbara saat itu.
"Aaaaaakkkhh…" erang lelaki itu lagi dengan wajah tegang merah padam. Seketika sentuhan ujung lidah yang lembut menggelenyar itu menepis di bagian lubang kemaluannya. Sungguh tak terbayangkan betapa indah keadaan yang ada, sekalipun hanya terjadi di dalam kamar mandi.
Barbara tidak menghiraukan kegelisahan lelaki itu. Tidak diperdulikannya Dorby yang tampak sudah menggeliat-geliat menahan nikmat dan diantar tubuh yang gemetaran. Setelah selesai ia menjilat-jilat bagian lubang perkencingan lelaki itu, lalu seluruh bagian kapala zakar itu diulasnya dengan penuh mesra dan perasaan dengan permukaan lidahnya secara menyeluruh.
Dorby tampak semakin resah gelisah tak menentu. Diantar desah-desah mulut yang menahan rangsangan itu, ia tampak menggeliat tak karuan. Dan kemudian saking tak sadarnya kedua telapak tangannya bergerak yang kemudian meremas-remas rambut Barbara, sehingga rambut menjadi acak-acakan tak menentu.
Tetapi hal itu tak menjadi problem bagi Barbara. Bahkan dengan sikap histeris yang dilakukan lelaki yang sudah tidak sadarkan diri itu, ia semakin menjadi senang, gemas seperti ada suatu kelebihan yang membuat ia menjadi serius untuk menjilat-jilat kapala zakar itu.
Lama perempuan itu mengulas-ulaskan lidah yang semakin lama keadaan kapala zakar itu semakin bersih berkilat dan basah kuyup oleh cairan air ludah. Namun hal yang demikian itu bukanlah sesuatu yang mengurangi semangat Barbara untuk menjilat-jilat itu, bahkan sebaliknya dengan keadaan yang ada itu merupakan salah satu spirit yang memberikan semangat untuk mengadakan aksi itu.
Sesaat keadaan kepala peler kian basah kuyup oleh deraan air ludah. Dan kemudian jilatan itu mulai turun ke bagian batang peler, sehingga keadaan kemaluan lelaki duda itu kian menegang keras dan penuh dilingkari oleh urat-urat yang besar melingkari seluruh bagian batang zakar. Di kala seluruh batang zakar itu telah tersapu seluruhnya oleh ujung lidah perempuan itu, dan keadaan penis kian basah kuyup barulah perempuan itu bangkit dari jongkoknya.
"Uuuuffhh.." desahnya dengan suara terdengar serak parau. Sesaat di kala posisi Barbara sudah tegak berhadap-hadapan dengannya, lalu dengan secara otomatis seperti yang pernah dilakukannya dengan istrinya dahulu, lelaki bertubuh gemuk pendek itu menggantikan posisi Barbara. Perlahan-lahan ia merendahkan tubuhnya duduk berjongkok dan menghadapi bagian selangkangan Barbara. Di kala melihat bebuluan yang keriting panjang dan berwarna pirang itu, guncangan dadanya semakin terasa. Sedangkan kedua kaki yang tertekuk duduk berjongkok itu terasa bergetar karena menahan nafsu yang sangat meluap-luap.
"Eeeeekkhh…" erang suaranya dengan serak, sedangkan kedua belah tangannya bergerak mulai menyentuh bagian bibir vagina perempuan itu. Pada saat jemari kedua belah telapak tangan lelaki itu mulai menyentuh bagian pentingnya, tak ayal Barbara langsung mengerang lagi.
"Ooooww…aaakkkhhh".
Tetapi suara itu sudah tak terpedulikan lagi oleh Dorby. Di kala jari-jarinya mulai menyibak bulu dan kemudian membengkek bibir vagina itu, ia melihat dengan jelas isi vagina yang sudah tampak basah kuyup oleh air mani yang sekaligus membuat keadaan yang ada didalamnya tampak berkilat seperti terkena pernis. Benda yang bergerindil berwarna kemerah-merahan dan berkilat seperti terkena pernis itu sungguh membuat kobaran rangsangan yang ada di dada lelaki itu kian meluap. Maka tak banyak pikir lagi lelaki itu langsung mengeluarkan ujung lidahnya dan kemudian bibir vagina yang menguak lebar itu dijilat dngan penuh perasaan.
"Aaaaauuuuww…" pekik Barbara menahan nikmat. Mata perempuan itu terpejam-pejam dan nafasnya seketika menjadi menyengal-nyengal. Sentuhan lidah yang lembut dan basah itu sungguh memberikan kenikmatan yang tiada tara. Dan semakin perempuan itu resah blingsatan tak karuan, semakin pula semangat Dorby untuk melahap-lahap bibir vagina itu dengan lidahnya. Seru, mesra dan senang sekali tampaknya Dorby mengadakan aksi yang demikian itu.
Setiap sentuhan yang agak menekan di permukaan bibir vagina yang tipis dan peka itu, semakin pula perempuan itu mendesah dan sedangkan dari pelupuk vaginanya mendenyutkan cairan kental dan semata-mata membuat keadaan di liang vagina itu basah dan berkilat bentuknya.
Bibir vagina yang terjegal oleh jemari lelaki itu semakin lama semakin melebar di kala kedua jari-jari itu kian menekan ke arah luar. Dan semakin bibir vagina itu terkuak lebar, semakin pula mata Dorby melihat isi bagian bagian dalam yang bergerunjul lembut dan basah, kemudian dengan penglihatannya itu semakin pula ia merasakan kobaran nafsu di dadanya. Sehingga bagai seekor hewan jantan yang buas tengah menjilat-jilat daerah mangsa, sedemikian pula sikap dan aksi yang dilakukan lelaki itu. Penuh nafsu, penuh gairah, penuh semangat di balik rangsangannya yang bergelora.
Bibir vagina yang terjilat-jilat itu, semakin lama semakin banjir oleh denyut-denyut air mani yang keluar dari pelupuk vagina. Dan cairan yang membanjir itu akhirnya menepis keluar sampai tersentuh oleh ujung lidah lelaki itu. Tetapi dengan tersentuhnya cairan lengket dan licin itu di lidah Dorby, ia tampak semakin blingsatan. Semakin bernafsu dan cairan itu kemudian ditelannya. Cairan yang ditelannya itu tak ubahnya bagai susu kental yang penuh dengan kenyamanan.
Lama Dorby menjilat-jilat bagian bibir vagina dan tak ayal tepian bibir vagina sampai ke bagian permukaan bebuluan yang menutupi permukaan lubang kemaluan itu pun tak luput menjadi basah kuyup oleh karena terjilat-jilat. Keadaannya pun tampak bersih agak kemerah-merahan dan sudah basah kuyup oleh air serta berkilat tampaknya.
Setelah sekian lamanya lelaki itu menjilat-jilat bibir vagina, lalu ia pun berusaha menghela nafas panjang dan kemudian bangkit dari duduk berjongkoknya. Kemudian lengan kirinya langsung dilingkarkannya ke bagian pinggang perempuan itu dan kemudian sambil merengkuh, bibir Barbara dikecupnya kuat-kuat dan sedangkan telapak tangan kanannya bergerak meremas-remas payudara yang sudah menyekal keras itu.
"Uuuufffhh…." Suara Barbara mendesah dan karena mulutnya terhisap kuat oleh mulut lelaki itu. Tetapi menikmati rengkuhan kuat dari lelaki itu, Barbara menggeliat-geliat. Di antara mulutnya yang tersedot itu, ia merasakan sentuhan nyaman pada bagian payudaranya yang teremas-remas itu. Tetapi Dorby tidak memperdulikan sikap perempuan yang tampak sudah blingsatan itu, semakin ia merasakan perempuan itu menyengal-nyengal merasa nikmat, ia semakin menekuk pinggang perempuan itu seraya terus menerus meremas-remas payudara perempuan itu. Bukan main nyaman keadaan yang diterima Barbara ketika itu. Seakan-akan dendam yang selama ini terlupakan tunai sudah diterimanya.
Serangan Dorby yang demikian cukup berlangsung lama. Dada keduanya semakin terasa terguncang kuat oleh degup-degup jantung yang seakan-akan tak pernah mau berhenti. Tubuh semakin terasa bergetar-getar. Nafas terdengar memburu deras dan air keringat dingin pun mulai terasa menepis di seluruh tubuh keduanya.
"Uuuuukkhh….tuuuaan…enak…." desis mulut Barbara dengan kedua mata terpejam-pejam. Nafas tersengal-sengal, sedangkan tubuhnya yang masih terengkuh kuat itu menggeliat-geliat bagai seorang penari striptase.
Tetapi sikap perempuan itu tidak diperdulikan Dorby. Di antara tubuh yang terasa semakin tergetar-getar, ia kemudian melepaskan kecupan itu dan kemudian sambil kian menekuk pinggang perempuan itu, bibirnya didekatkannya ke bagian puting susu yang berada di sebelah kiri dada perempuan itu. Puting susu yang berwarna agak kecoklat-coklatan dan telah mencuat tegak berdiri itu lalu dijilatinya beberapa saat. Barbara kembali tampak semakin menggeliat-geliat. Sentuhan ujung lidah yang lembut dan tiba di puting susu kirinya, ia merasakan titian nafsu kian meningkat. Merasakan sekujur tubuhnya kian nyaman dan segar, sehingga akibat menahan rangsangan yang kian bergelora itu akhirnya denyut-denyut air mani di liang vaginanya kian membanjir dan membecek.
Setelah selesai menjilat-jilat beberapa saat lamanya, lalu lelaki itu mulai menghisap pelan-pelan puting susu itu. Barbara kian resah salah tingkah menghadapi itu. Blingsatan! Sedangkan nafasnya terde ngar mendesah seperti sulit untuk dinafaskannya. Dan dikala ia telah selesai menjilat-jilat dan melumat puting susu sebelah kiri kemudian lelaki itu melanjutkannya lagi ke bagian puting susu sebelah kanan, sehingga lama kelamaan kedua puting susu itu tampak semakin mencuat tegak berdiri dan keadaannya pun sudah tampak basah kuyup oleh air ludah Dorby.
Selang beberapa saat setelah selesai menjilat dan melumat kedua puting susu itu, sampai keadaan payudara Barbara semakin menyembul mengeras karena terangsang hebat lalu lelaki itu mulai bergerak merubah pola permainannya lagi. Perempuan itu dihelanya sampai ke tepian bak mandi yang terbuat dari porselin. Kemudian kedua tangan Barbara disuruhnya memegang tepian tembok porselin itu. Di kala perempuan itu mengikuti perintahnya, kemudian lelaki itu langsung mengangkat kaki sebelah kiri Barbara yang kemudian diletakkannya di bahu kirinya. Dan kemudian setelah posisi Barbara setengah menungging dengan kedua telapak tangan memegang tepian tembok bak, telapak tangan kiri Dorby langsung menahan kaki Barbara yang ada di pundaknya, sedangkan telapak tangan kanannya bergerak menggenggam batang zakarnya yang sudah menegang keras ke muka itu.
Lalu kepala zakar yang sudah tergenggam itu diarahkannya ke permukaan lubang vagina. Di kala kepala kemaluannya tepat berada di permukaan lubang kemaluan perempuan itu, perlahan-lahan lelaki itu menekan pantatnya ke muka dan…..
"Blluuuuuueeeess…….".
Zakar itu turut maju ke muka di kala pantat Dorby bergerak maju, dan kemudian langsung menyeruak masuk membelah bibir vagina yang keadaannya sudah basah kuyup oleh cairan-cairan kental dan licin.
Sesaat penis yang telah menyrobot masuk itu perlahan-lahan terus menggesek bergerak sampai amblas seluruhnya membenam di lubang vagina. Di kala pergesekan itu terjadi dengan cara perlahan-lahan, keduanya merasakan sentuhan lembut, licin yang sangat memberikan kenikmatan. Tak ayal kedua mata insan yang sudah dalam keadaan telanjang bulat itu langsung memejamkan matanya.
"Aaaaakkkhhh….uuufff…." rintih Barbara merasakan sekujur tubuhnya basah kuyup oleh curahan manisnya air madu dalam khayalan. Darahnya menyirap kuat menggelusur dan kemudian membuat hangat.
"Uuuuhhh…." erang Dorby dengan suara terdengar serak-serak parau seperti terdesak oleh tingginya tensi rangsangan. Kepalanya seketika menghadap ke atas langit-langit kamar mandi tiu, sedangkan kedua belah matanya tampak terpejam-pejan menikmati nyamannya perasaan di kala itu.
Tangan kiri yang menahan kaki kiri Barbara yang berada di atas pundaknya semakin erat. Sedangkan telapak tangan kanan yang semula menggenggam batang penis kemudian bergerak berusaha meremas-remas payudara kanan Barbara. Dan ketika peler itu sudah amblas masuk seluruhnya di liang vagina, lalu perlahan-lahan lelaki bertubuh gemuk pendek itu menghela pantatnya ke belakang, dan kemaluannya yang sudah amblas di liang vagina perlahan-lahan bergerak keluar. Dan di kala peler itu beringsut sampai sebatas kepala zakar yang masih terjepit di belahan bibir vagina, lalu Dorby menekan pantatnya lagi ke muka, peler itu pun begerak maju perlahan-lahan ke muka. Dan di kala kepala zakar itu telah membentur pelupuk kemaluan Barbara yang lembut dan licin, perlahan-lahan menghela pantatnya ke belakang, perlahan-lahan penis yang keras tegang itu beringsut mundur sampai sebatas kepala kemaluannya saja yang masih terjepit di belahan vagina. Dan kemudian sambil mendesah-desah lelaki itu kembali menekan pantatnya ke muka, sedangkan peler pun bergerak perlahan-lahan lagi ke muka. Dan di kala peler itu sudah membenam amblas masuk di lubang vagina, lalu perlahan-lahan Dorby menghela pantatnya kembali ke belakang kembali. Hal yang semacam itu dilakukan Dorby berulang-ulang dengan cara estafet, dan disertai gerakan yang tampak erotis sekali.
Gerakan yang penuh dengan perasaan itu, berlalu dengan penuh penghayatan. Dan hasil dari aksi yang demikian sungguh membuat keadaan keduanya seakan-akan tengah berada di alam surga yang penuh dengan keindahan serta kenyamanan. Seolah-olah tidak ada lagi yang lebih menyenangkan, lebih memberikan kenikmatan dan kenyamanan selain dengan cara itu.
Gerakan pinggul Dorby yang bergerak maju mundur, lama kelamaan semakin lancar karena denyut-denyut air mani yang terus menerus mengalir dari pelupuk liang vagina. Air mani yang agak kental dan licin membuat renyahnya sentuhan serta mudahnya gerakan penis yang keluar masuk itu. Air itu adalah kodrat yang merupakan bahan pelumas memperlancar persetubuhan. Dan akibat gerakan yang berlangsung tak henti-henti itu akhirnya membuat air mani semakin mengalir keluar dan membanjir sehingga tak ayal membuahkan suara-suara mendecak membecek.
" Crep…crep…crep…jrot…jret…." decak-decak becek yang tak ubahnya bagai lumpur yang terpijak-pijak kaki bajak di tengah sawah.
Suara-suara itu pun sesungguhnya merupakan bahan spirit yang membuat keduanya semakin mengkhayal jauh tinggi menepis keatas awan. Semakin lupa dengan keadaan diri dan tengah apa ketika itu mereka. Yang ada di dalam pikiran keduanya hanyalah menikmati sentuhan-sentuhan lembut menggelenyar dan membuat sekujur tubuh terasa nyaman.
Lama Dorby terus menggoyah-goyahkan pantatnya maju mundur, dan dengan keadaan setengah menungging dengan kaki kiri tergantung di bahu lelaki itu, Barbara mengimbanginya dengan cara mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Sehingga bibir vagina tampak mengempot kedalam ketika peler bergerak masuk ke liang vagina dan merekah keluar ketika peler itu bergerak keluar. Keadaan bibir vagina itu tak ubahnya bagai klep yang mengulas-ulas dinding-dinding batang penis dengan cara lembut dan di antara sentuhan-sentuhan kelentit. Gerakan yang tak henti-henti itu pun semakin membuat keadaan batang zakar basah kuyup oleh deraian air mani perempuan itu hingga keadaannya tampak berkilat seperti polesan pernis.
Desah-desah nafas keduanya terdengar menyengal-nyengal seperti orang terserang penyakit sesak nafas. Dan karena agak lamanya gerakan yang tak henti-henti itu akhirnya membuat tubuh mereka basah kuyup oleh air keringat yang mengucur deras. Sedangkan kepala yang menghadap ke atas langit-langit kamar mandi itu bergoyah ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan pantat yang mereka lakukan serta tak ayal membuat rambut mereka menjadi acak-acakan. Dada mereka terguncang keras karena degup-degup jantung dan seluruh tulang-tulang yang ada di tubuhnya terasa bergetar.
Namun semua yang ada itu bukanlah merupakan suatu penghalang atau kendala bagi keduanya untuk meniti naik ke puncak orgasme. Bahkan sebaliknya semua yang terasa mengganggu konsentrasi persetubuhan itu, adalah merupakan spirit yang memberikan rangsangan untuk berlalu terus meraih puncak klimaks.
"Eest…uuuwww..aakkhh…eesstt…" desis-desis mulut Barbara tak henti-henti dengan kedua belah mata mendelik-delik menahan nikmat yang teramat dalam.
"Uuuukkhh….eekkh…akhh…uuff…" erang suara Dorby tak henti-henti dan terdengar serak-serak parau.
Gerakan pantat keduanya terus berlangsung dengan serasi, erotis dan bergerak dengan cara erotis. Sedangkan sekujur tubuh semakin lama semakin terasa bergetar karena begitu kuatnya sentuhan nikmat yang mereka terima.
Hampir dua jam mereka berada di dalam kamar mandi itu. Posisi dan aksi mereka tetap seperti biasa. Sedangkan decak-decak membecek akibat pergesekan kedua kemaluan itu semakin lama semakin terdengar kuat. Dan semakin telinga mereka mendengar suara-suara itu keduanya mulai mempercepat gerakan pantat mereka, sehingga tak ayal bibir vagina itu memble ke kiri dan ke kanan di kala Barbara menggoyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan.
Semakin kuat gerakan pantat itu akhirnya keduanya merasakan adanya perubahan di dalam tubuh. Sel-sel dan hormon yang tersembunyi di tulang-tulang sum-sum keduanya terasa bergerak keluar dan kemudian mengalir menuju ke kantung sperma. Dan di kala sel-sel dan hormon itu sudah masuk ke kantung sperma, lalu tubuh keduanya terasa menegang kencang. Di kala tubuh mereka mulai tegang, gerakan itu dilakukan keduanya dengan cepat dan kuat sekali. Sehingga selang beberapa kali lelaki itu menghujamkan pantatnya maju mundur, tiba-tiba terdengar suara pekikan histeris dari mulut Barbara.
"Ooooouuuwww….eeeeesssstt….." suara permpuan itu dengan kedua mata terpejam. Di saat lelaki itu menghempaskan pantatnya kuat-kuat tiba-tiba ia merasakan sel-sel yang sudah berkumpul di dalam kantung sperma, bergerak keluar dan kemudian meluncur keluar lewat dari lubuk vaginanya.
"Seerr….seerr…seerr…" denyut-denyut sel-sel yang berubah menjadi sperma, cairan yang hangat dan kental kemudian kian membanjir di liang vagina. Di kala denyut-denyut sperma itu memancar keluar, tubuh Barbara yang semula tegang kencang, mendadak menjadi lemas tak berdaya sama sekali.
"Aaaaahhh…." erang Barbara kembali dan kemudian dengan keadaan lemas tak berdaya dan seluruh liang vaginanya terasa ngilu, ia membiarkan lelaki itu masih terus aktif menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur.
Sedangkan sebaliknya Dorby yang mengerti kalau pegawainya itu sudah mengeluarkan air kental, dan dia faham kalau perempuan itu sudah tidak berdaya sama sekali, maka seketika sambil memeras-meras payudara semakin kuat, ia lalu menghujamkan rudalnya maju mundur dengan cepat dan lebih kuat. Decak-decak suara yang terdengar kian membecek itu sama sekali sudah tak terpedulikan olehnya. Dan hanya selang beberapa kali ia menghempaskan pantatnya maju mundur, tiba-tiba tubuhnya semakin terasa menegang kencang dan….
"Croott…creett….seerr….seerr…"
"Aaaaaaaaakkkkhhhh…" erang suara Dorby yang terdengar tak ubahnya bagai raungan suara harimau. Hormon yang sudah berkumpul di kantung sperma terasa bergerak keluar lewat dari lubang perkencingannya.
"Jret…jret….jret…" denyut-denyut hormon yang berubah menjadi sperma kemudian kian membanjir di pelupuk liang vagina itu. Mata lelaki itu mendelik-delik di kala ia merasakan denyut-denyut cairan hangat dan kental itu memancar keluar. Dan tubuh yang semula terasa menegang kencang, tiba-tiba berbalik menjadi lemas tak berdaya sama sekali.
"Uuuuuukh…" desahnya lagi, dengan keadaan sisa-sisa tenaga yang masih ada, lalu perlahan-lahan kaki Barbara yang masih berada di pundaknya diturunkannya dan di kala kaki perempuan itu berada di permukaan lantai, perlahan-lahan lelaki itu mencabut penis yang masih terbenam di lubuk vagina.
"Aaaaahhhh….." suara Barbara masih merasakan sisa kenikmatan di kala lelaki itu mencabut pelernya dari vagina.
"Eeeekhhkh…" suara Dorby pula dan kemudian berusaha memegang batang pelernya yang sudah basah kuyup oleh air mani yang bercampur dengan sperma mereka berdua, dan setelah itu, bagai orang yang kelelahan sehabis berlari jauh keduanya pun terjerembab menjatuhkan di atas lantai, dengan posisi punggung keduanya bersandar ke dinding tembok sebelah kanan kamar mandi tersebut.
Demikianlah akhir dari cerita ini yang berakhir dengan tidak ada yang buruk bagi iblis untuk sesuatu yang menjerumuskan, dan tak ada yang baik bagi bisikan iblis yang terkandung dalam kehidupan yang layak dan wajar.
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar