Gajigratis.com Tanpa Keluar MODAL Tapi DAPAT KOMISI Milyaran Rupiah !!!

Selasa, 25 Mei 2010

Kenalan Pertamaku

Suatu sore ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana ada seorang wanita mendahuluiku vbmhpberjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

"Da, Ida!xvzo"

Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.

"Siapa ya?" tanyanya.
"Maaf, ma [17tahun2.com] af kukira temanku," sahutku, "Kebetulan dia bernama Ida".
"Mau ke mana sih?" tanyaku sambil ku [17tahun2.com] ulurkan tangan mengajak berkenalan. "Saya Anto".
"Ida, Farida" jawabnya sambil menyambut tangalbrwknku.
"Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagipula filmya nggzgfwak bagus", sambungnya lagi.
"Sekarang mau kemana lagi" pancingku.
"Nggak ada, mau pulang aja"jcdr jawabnya.
"Jalan yuk ke Sukasari".
"Mau ngapain?"
"Jalan aja, kalau ada film bagus kita nonoglchjton di sana aja".
"Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah".

Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Ida bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janustfda cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia menjanda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di dakwgtzcerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya. Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badwistuxan yang agak kurus dan dada kecil. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh. Kacamata kqdcminus satu nongkrong di hidungnya.

Sampai di Sukasari Theatre ternyata film sudah diputar seureftengah jam.

"Sekarang bagaimana?" tanyaku.
"Terserah kamu saja".

Kuajak dia jalan mutar- [17tahun2.com] mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik. Akhirnya dia ngajak minum jamu di kedai dekat [17tahun2.com] jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.

"Mau minum sgrhfzari rapet" godaku.
"Nggak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja".

Akhirnya dia pesan jakhpitsmu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki. Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana danatwzu kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.

"Jadi nonton?" tanyaku, "Tentbukeu saja jadi, buat apa nunggu lama-lama di sini?".

Aku ke loket beli tiket. Dan kembali duduktmjeol di sampingnya di lobby. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduklpkyb di lobby. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang binoebyaru dibuka.

Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film mulai diputar. Beberapa lamabsemf kemudian tangannya menyusup ke lenganku. Aku diam saja. Ida semakin merapat. Aku berpaling danyzxs menatap wajahnya. Ia tersenyum dan membuka mulutnya sedikit. Tampak giginya yang berderet rapihkvlqy. Ia menyorongkan mukanya ke arahku dan mencium pipiku. Aku sedikit kaget atas tindakannya. Akutgam melepaskan tangannya dari lengan kiriku, lalu kulingkarkan ke bahu kirinya. Muka kami berdekatmvszan. Kutatap lagi wajahnya dan perlahan-lahan muka kami saling mendekat. Matanya agak terpejam d [17tahun2.com] an mulutnya terbuka. Kukecup bibirnya pelan dan lama-lama menjadi ciuman yang dalam. Kacamatanyvjhsa menghalangi aksiku, kuminta dia melepas kacamatanya. Kuremas dada sebelah kirinya dari luar becafaju dengan tangan kiriku. Ia menolak dan menepiskan tanganku, tetapi dibiarkan tanganku memelukyrao bahunya.

Praktis kami nggak konsentrasi lagi ke cerita film yang sedang diputar. Sepanjang zyfcmpemutaran film itu kami saling merapat dan berciuman. Kadang-kadang lidah kami saling mendesak [17tahun2.com] ke dalam rongga mulut, bergantian kadang lidahnya menggelitik rongga mulutku, kadang lidahku yaawzcrng masuk ke dalam mulutnya. Ia mendesah menahan dorongan nafsunya yang tertahan sekian lama.

iyeu Film habis, kami keluar dan berjalan mencari angkutan.

"Kalau sudah malam begini dari sini dnlrsusah cari angkutan ke rumahku " katanya.
"Jadi bagaimana?"
"Kita coba saja ke Ramayana, nantpibei disambung lagi".

Akhirnya kami dapat angkutan, tetapi hanya sampai Pajajaran saja. Kami tusdfqcrun di depan pintu Kebun Raya yang di Pajajaran. Kami menungu lagi di situ.

"Jam segini ngga [17tahun2.com] k ada lagi angkutan ke Warung Jambu kali ya?" tanyaku.
"Kelihatannya sih nggak ada lagi. Kita wynmaicari penginapan saja yuk, saya pernah nginap rame-rame dengan teman-teman di satu penginapan. Apozgagak murah, tapi saya lupa tempatnya".

Sekilas terpikir olehku Wisma T dekat Pasar Kebon Kembfmvrsang.

"Benar nih mau nginap? Saya tahu ada penginapan yang bersih dan murah".

Setelah limaqlsw belas menit menunggu ada mobil omprengan plat hitam berhenti di depan kami.

"Kemana Pak? Ma [17tahun2.com] ri saya antar" tanya sopir sambil membuka kaca jendelanya.

Kami naik dan minta diantar ke Wijqsasma T. Sampai di sana ternyata hanya ada kamar standar double bed. Setelah menyelesaikan bill, ydjvokami berdua masuk ke kamar. Di dalam kamar kami rapatkan dua bed yang ada. Karena agak gerah ku [17tahun2.com] buka kausku. Ida hanya memandang dan tersenyum saja. Kami berbaring berdampingan di bed masing- [17tahun2.com] masing.

"Boss-nya yang punya showroom orang mana sih?"
"Keturunan Arab" Jawabnya.
"Asyik dabvjong pasti gede punya barangnya. Kamu sering diajak sama boss dong ".
"Nggak pernah kok". Entahnhldm dia berbohong atau benar.
"Terus kalau tiba-tiba kepengen gimana?" Ida hanya diam saja.

Idgalxvba bangun dan kulihat dia membuka celana panjangnya.

"Eh ngapain dibuka?" kataku terkejut.

[17tahun2.com] Ida hanya tersenyum saja. Ternyata dia mengenakan celana pendek santai sebatas lutut di dalamnbioguhya. Kembali Ida berbaring di bednya. Karena kedua bed sengaja kami susun berhimpitan, tanganku cjnebisa menjangkau tubuhnya dan kurengkuh mendekat tubuhku. Kembali kami berciuman. Mula-mula hany [17tahun2.com] a kukecup bibirnya saja dengan lembut. Ida membalas lembut dan lama kelamaan mulai menjadi liarriwnsh. Tangannya memainkan bulu dadaku. Beberapa menit kami saling berciuman dengan dengus napas yanzqoewtg berat. Kutindih dia sambil berciuman. Meriamku di bawah mulai bangkit. Ida merapatkan selangk [17tahun2.com] angannya pada selangkanganku. Mulutku turun ke atas dadanya dan kucoba membuka kancing blouse nzvmipya dengan bibirku dan gigiku.

"Sebentar, aku buka dulu bajuku ya," Katanya sambil membuka kapdfnncing bajunya satu persatu.
"Jangan, nggak usah dibuka" kataku sambil menahan tangannya.
"Nggxyvltak apa-apa kok. Kamu mau kan". Katanya mendesah.

Ia terus membuka baju dan celana pendeknya. [17tahun2.com] Kemudian tangannya membuka ikat pinggangku dan akhirnya menarik ritsluiting dan kemudian dengaxydlptn perlahan ia menarik celanaku ke bawah. Kini kami hanya mengenakan pakaian dalam saja.

"Kamtegkqpu sering mengajak perempuan untuk begini ya?" tanyanya.
"Ah nggak, aku belum pernah kok berhubzthpbungan dengan wanita" kataku berbohong. Aku memang sudah beberapa kali berhubungan dengan wanitarjgfci.
"Nggak percaya, kelihatannya kamu lihai sekali dalam bercumbu tadi".
"Kalau sebatas ciuman gbiknemang sih, tapi untuk lebih jauh lagi belum pernah. Paling hanya nonton film dan baca cerita sawobyja"
"Jadi kamu masih perjaka?" ia meyakinkan lagi.
"Emangnya kenapa?"
"Eehhngng.." Ia mendes [17tahun2.com] ah ketika lehernya kujilati.

Ida menindihku dan tangannya kebelakang punggungnya membuka penrmlhsygait bra-nya. Kini terbukalah dadanya di hadapanku. Buah dadanya tidak besar, hanya pas setangkxgiqupan jariku. Terasa sudah agak kendor. Ida mendorong lidahnya masuk jauh ke dalam rongga mulutk [17tahun2.com] u. Lidahnya liar memainkan lidahku. Aku hanya pasif saja, sesekali membalas mendorong lidahnya. [17tahun2.com] Tanganku memilin puting serta meremas payudaranya. Ida menggeserkan tubuhnya ke bagian atas tu [17tahun2.com] buhku sehingga payudaranya pas di depan mulutku. Segera kuterkam payudaranya dengan mulutku. Puzmqoxtingnya kuisap pelan dan kugigit kecil.

"Aaacchh, teruskan Anto.. Teruskan". Ia mulai menger [17tahun2.com] ang dan meracau, punggungnya melengkung ke belakang.

Meriamku semakin keras. Ida semakin merrjpazyapatkan selangkangannya pada selangkanganku, sehingga kadang terasa agak sakit jika dia terlalugrzka keras menindihku. Puting dan payudaranya semakin kencang dan keras. Kukulum payudaranya sehingcnyapga semuanya masuk ke dalam mulutku, sambil putingnya terus kumainkan dengan lidahku. Dadanya te [17tahun2.com] rlihat memerah dan menjadi lebih gelap dibanding bagian tubuh lainnya pertanda nafsunya mulai t [17tahun2.com] erbakar. Napasnya tersengal-sengal.

Tangan Ida bergerak ke bawah menyelusup di balik celana flgxpudalamku, meremas, mengocok dan menggoyang-goyangkan senjataku. Akhirnya dia menarik celana dalavdkrumku sampai ke lutut dan dengan bantuan jari kakinya ia melepaskannya ke bawah. Kini aku dalam k [17tahun2.com] eadaan telanjang bulat. Ida menggeserkan mulutnya ke arah bawah, menjilati leher dan menggigit ixqbwkecil daun telingaku. Hembusan napasnya terasa kuat menerpa tubuhku. Dia mulai menjilati putingxkjgoku. Aku terangsang hebat sekali sehingga harus menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menahan rangreukhsangan ini. Kupeluk pinggangnya erat-erat.

Tangannya kemudian membuka celana dalamnya sendirytcjsbi. Kini tangan kiriku leluasa bermain di antara selangkangannya. Rambut kemaluannya tidak begitkciovu lebat dan pendek-pendek. Dengan jari telunjuk dan jari manis kubuka labia mayora dan labia mizqlfxnnoranya. Jari tengahku menekan bagian atas organ kewanitaannya dan mengusap bagian yang menonjolihfyel seperti kacang tanah. Setiap aku mengusap kelentitnya Ida menggigit kuat dadaku dan mengerang [17tahun2.com] tertahan.

"Aaauhh.. Ngngnggnghhk"

Mulutnya bergerak semakin ke bawah, bermain-main dengapzuwn bulu dada dan perutku, terus semakin ke bawah, menjilati bagian dalam lutut dan pahaku. Sendiusgdk-sendi kakiku terasa mau lepas. Tangannya masih bermain-main di kejantananku. Kini mulutnya mul [17tahun2.com] ai menjilati kantung penisku. Tanganku meremas-remas rambutnya untuk mengimbanginya. Aku pikir iuerdia mau meng-oral, tetapi ternyata tidak, dia hanya sampai pada kantung penis saja. Aku hanya m [17tahun2.com] enunggu dan mengimbangi gerakannya saja, seolah-olah aku belum pernah melakukan hal ini.

Kemboznbali Ida bergerak ke atas, tangan kirinya memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri [17tahun2.com] mengeras. Ia dalam posisi jongkok di atas selangkanganku. Perlahan lahan ia menurunkan pantatnzdjiya sambil memutar-mutarkannya. Agak susah dia kelihatannya berusaha memasukkan kejantananku ke mpqcnliang vaginanya. Mungkin benar juga setelah menjanda dia tidak pernah merasakan lagi nikmatnya [17tahun2.com] berhubungan badan. Penisku memang lebih besar di bagian ujung daripada pangkalnya. Kepala kejangzvpeltananku dijepit dengan kedua jarinya, digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa hangat dan le [17tahun2.com] mbab, lama-lama seperti berair. Dia mencoba lagi untuk memasukkan kejantananku. Kali ini..

Bfonbxlleessh.. Usahanya berhasil.

"Ouhh.. Ida ouhh" kini aku yang setengah berteriak.

Ida bergrqimserak naik turun dalam posisi setengah jongkok. Mula-mula perlahan-lahan dia menggerakkannya, kawnvxrena memang terasa masih agak kesat dan kering. Aku mengimbanginya dengan memutar pinggulku dan [17tahun2.com] meremas payudaranya. Kepalanya mendongak ke atas dan bergerak ke kanan kiri. Kedua tangannya b [17tahun2.com] ertumpu pada pahaku. Ketika lendirnya sudah membasahi organnya Ida mempercepat gerakannya, kadanuysqvng-kadang dibuatnya tinggal kepala penisku saja yang menyentuh mulut vaginanya.

Ida menghentdtujsikan gerakannya, merebahkan tubuhnya di atasku dan kini terasa otot vaginanya meremas penisku. qlymTerasa nikmat sekali. Aku mengimbanginya, ketika dia relaksasi aku yang mengencangkan otot peruvobfgptku seolah-olah menahan kencing. Demikian bergantian kami saling meremas dengan otot kemaluan kjurhxami. Beberapa saat kami dalam posisi itu tanpa menggerakkan tubuh, hanya otot kemaluan saja yan [17tahun2.com] g bekerja sambil saling berciuman dan memagut tubuh kami.

"Anto, .. Nikmat sekali .. Ooouuhhyizdce" desisnya sambil menciumi leherku.

Ida berguling ke samping, kini dalam posisi menyamping ataxoyku yang bergerak maju mundur menyodokkan kejantananku ke dalam vaginanya. Dalam posisi ini geraxbgjqkanku menjadi kurang nyaman dan kurang bebas. Kugulingkan lagi tubuhnya, kini aku yang berada dkmjpi atas. Kuatur gerakanku dengan ritme pelan namun dalam sampai kurasakan kepala penisku menyentavutuh mulut rahimnya. Kuangkat penisku sampai keluar dari vaginanya dan kumasukkan lagi dengan pelxlvomran, demikian berulang-ulang. Ketika penisku menyentuh rahimnya Ida mengangkat pantatnya sehingg [17tahun2.com] a tubuh kami merapat.

"Lebih cepat lagi, oohh.. Aku mau keluar aacchhkk.." Ida memeluk punggwblgungku lebih erat. Betisnya membelit pinggangku, matanya setengah terpejam, kepalanya terangkat gocmjnsehingga seolah-olah tubuhnya menggantung di tubuhku.

Kuubah ritmeku, kugerakkan dengan pelawzftqdn namun hanya ujung penisku saja yang masuk beberapa kali kemudian sekali kutusukkan dengan cepfgidpuat sampai seluruh batang terbenam. Matanya semakin sayu dan gerakannya semakin liar. Aku mendadmepsxak menghentikan gerakanku. Payudaranya sebelah kuremas dan sebelah lagi kukulum dalam-dalam. Tupcazudbuh Ida bergetar seperti menangis.

"Ayo jangan berhenti, teruskan.. Teruskan lagi" pintanya.jfzu

Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncaknya. Kugerakkan lagi tubuhku. Kali ini dengan ritkvbunyme yang cepat dan dalam. Semakin lama semakin cepat. Terdengar bunyi seperti kaki diangkat darixrhmtf dalam lumpur ketika penisku kunaikturunkan dengan cepat.

"Ayolah Anto, aku mau sampai ".

[17tahun2.com] Gerakan pantatku semakin cepat dan akhirnya

"Sekarang.. Anto.. Sekarang.. Yeeah!!"

Kurasuglrakan tubuhnya menegang, vaginanya berdenyut dengan cepat, napasnya tersengal dan tangannya meresyvemas rambutku. Kukencangkan otot perutku dan kutahan, terasa ada aliran lahar yang mau meledak. jgsyAku berhenti sejenak dalam posisi kepala penis saja yang masuk dalam vaginanya, kemudian kuhempnfsxaskan dalam-dalam. Serr.. Seerr beberapa kali laharku muncrat di dalam vaginanya. Ida hendak beskrqrteriak untuk menyalurkan rasa kepuasannya, namun sebelum keluar suaranya kusumbat mulutnya den [17tahun2.com] gan bibirku.

"MMmmhh.. Achh" pantatnya diangkat menyambut hunjamanku dan tubuhnya bergetar, vowcqpelukan tangan dan jepitan kakinya semakin erat sampai aku merasa kesulitan bernafas, denyutan raoqvdi dalam vaginanya terasa kuat sekali meremas kejantananku. Setelah satu menit denyutannya masilnfrh terasa sampai penisku terasa ngilu.

Ketika penisku mau kucabut dia menahan tubuhku.

"Ja [17tahun2.com] ngan dicabut dulu, biarkan saja di dalam. Ouhh kamu hebat sekali Anto. Terima kasih kamu telah sxngmemuaskanku" Ida mengecup bibirku.

Kubiarkan dia memelukku sampai penisku mengecil dan akhirrtipulnya keluar sendiri dari vaginanya. Malam itu dalam waktu kurang lebih tujuh jam kami bertempur kvcjsampai enam ronde. Paginya dia memelukku dan berkata,

"Aku mau lagi di lain hari".
"Ah kamupelac nakal, perjakaku kamu ambil".
"Kamu yang nakal, kamu yang mulai".

Kupeluk dia dan kuangkatfpkro ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri. Akhirnya kuantar dia pulang dan aku berjanjipyresw untuk datang lagi ke rumahnya. Ternyata dia tinggal serumah dengan beberapa teman-temannya. Seldfsmuanya wanita, sebagian janda dan sebagian lagi masih gadis. Mereka masing-masing punya pekerjalibdrwan tetap.azskq

Beberapa minggu kemudian ketika hari libur aku ke rumahnya. Ternyata rumahnya kosong. Kata tetangganya semua [17tahun2.com] nya lagi ke Cibadak. Aku pulang lagi. Beberapa hari kemudian aku kembali ke rumahnya. Kuketuk pintu depan. Tbuvpak lama pintu terbuka dan seorang wanita keluar dari dalam.

"Cari siapa ya?" tanyanya.
"Ida ada?"
"Oh aydhosda. Silakan masuk dulu, dia lagi di kamar".

Aku masuk dan duduk di ruang tamu. Wanita tadi, temannya, mascglieuk ke ruang dalam. Tak lama Ida keluar. Wajahnya terlihat berantakan.

"Sorry, habis baring-baring di kamazcabr. Habis mandi agak siang tadi lalu mengantuk" katanya sambil mengulurkan tangannya. "Kok nggak pernah ke si [17tahun2.com] ni lagi?".

Kusambut tangannya dan "Waktu libur kemarin aku ke sini tapi kosong, nggak ada orang sebiji aczdvbqian. Kata tetangga sebelah ke Sukabumi".
"Iya, memang waktu itu rame-rame ke rumah teman kost di sini. Ke Ciilwxbadak beberapa hari. Tunggu sebentar aku ambilkan air" katanya sambil berlalu.
"Nggak usah repot-repot".
"vfybzkAh. Nggak kok cuma air putih saja".

Ia kembali dengan membawa nampan berisi segelas air putih. Mukanya terkidcrlihat sudah lebih rapi.

"Diminum ya, cuma air putih. Nggak ada temannya".
"Cukup kok, terima kasih" jawrhzfabku sambil meminum air di dalam gelas sampai setengahnya.

Ida menarik kursi dan duduk di dekatku. Ia terdvgmtlsenyum-senyum. Mungkin membayangkan peristiwa waktu itu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri. Bahaya, nanti ket [17tahun2.com] erusan" kataku.
"Ah nggak, cuma.. Hmm" Ia tidak melanjutkan kalimatnya.
"Mau diulangi di sini?"
"Hussh, nbkegscggak enak sama teman-teman. Prinsipnya sih mereka nggak mau campur urusan orang, tapi jangan di sini".
"Kal [17tahun2.com] au begitu kita jalan aja yuk!" ajakku.
"Boleh, tapi tunggu sebentar aku ganti baju dulu" katanya sambil berbfigsjalan.

Ida keluar lagi. Kami jalan dan nonton lagi di Sukasari Theatre. Hanya kali ini nggak ada kesempatjltqan untuk "pemanasan". Ada penonton lain di samping dan belakang kami. Selesai film diputar, kami keluar.

[17tahun2.com] "Kemana sekarang kita, Da?"
"Terserah kamu. Aku ikut saja kok".
Kupegang tangannya "Da, aku mau belajar lamtwpbgi sama kamu, boleh nggak?"
"Dimana?" Ida balik tanya.
"Kita ke Gadog. Nginap di sana, tapi sebentar ya akkjohyiu ke apotik dekat situ!"
"Mau beli apa ke apotik?"
"Aku takut kamu hamil, jadi cari pengaman dulu, sarung gnrukaret".
"Nggak usah. Aku nggak mau kalau pakai itu" nada suaranya meninggi.
"Kenapa, kan supaya kita sama-gisnvsama aman".
"Aku percaya kamu bersih dan aku masih ikut KB. Aku belum lepas spiral. Makanya waktu itu aku bqufcrerani aja. Berapa kali kita waktu itu, tiga atau empat kali kan?" suaranya kembali merendah.
"Enam kali. Ya  [17tahun2.com] sudah kalau begitu. Ayo kita berangkat!"

Kami berangkat ke Gadog. Sampai di Gadog kuajak dia ke salah sa [17tahun2.com] tu wisma yang ada. Ida menunjukkan raut muka heran. Kami masuk ke kamar. Room boy mengiringkan kami dengan mvfgaembawa handuk dan air putih di teko. Setelah room boy keluar Ida menuangkan air ke dalam gelas yang tersediatmfxg, meminumnya sedikit dan mengisinya kembali hingga penuh, menutup lalu meletakkannya pada meja kecil di sampjceging bed. Kurogoh kantungku, masih ada permen mint beberapa butir, kuletakkan di dekat gelas.

"Kamu seringnyigas ke sini?"
"Nggak juga, cuma pernah rame-rame dengan teman nginap di sini".
"Kamu bayar penuh nginap satu mkdzsmalam?".
"Iya, tapi dapat diskon, kurayu penjaganya. Aku mau mandi dulu, kamu nggak mandi?"
"Sudah tadi maogumndi di rumah agak siangan".

Ida melepas celana panjangnya. Baru kuperhatikan bahwa ternyata dia mengenakaskwtign baju yang sama dengan pakaian yang dipakai pada pertemuan yang dulu.

"Kamu pakai pakaian yang sama denglfqeauan waktu itu " komentarku.

Aku melepas baju dan celana panjang, ke kamar mandi berlilitkan handuk. Selesaiogxui mandi kembali ke kamar, aku masih berlilitkan handuk tanpa pakai celana dalam lagi. Kulihat Ida di bawah sqefvyelimut, bagian bahunya terbuka. Aku ikut masuk ke bawah selimut dan melepas handuk yang kukenakan. Ternyata mbguIda sudah full bugil di bawah selimut. Kucium lembut bibirnya, kami saling merapatkan badan. Udara di Gadog lmfgbscukup dingin, apalagi setelah mandi. Badanku beberapa kali menggigil.

"Dingin ya?" tanya Ida.
"Lumayan, cvexlhtapi sekarang sudah mulai hangat".

Tanganku mulai gerilya, merayap di sekujur tubuhnya. Kurasakan kehangauvanltan merayap ditubuhku. Adik kecilku mulai bangun, kurapatkan pada pahanya. Ia tertawa kecil, merasakan adik cqlmkecilku yang mendesak dan bergerak membesar di pahanya. Selimut yang menutupi tubuh kami tersingkap semuanyatyguqa sehingga tubuh kami terbuka tanpa ada penutup selembar benangpun.

"Matikan lampunya, kain kordennya berljyhqubang-lubang. Nanti diintip orang!" katanya.
"Nggak usah, aku ingin bercinta sambil melihat wajahmu. Kalau wexsada yang ngintip paling dia nanti yang kepingin. Biarin aja".

Kami mulai berciuman. Gerak tubuhnya mengis [17tahun2.com] yaratkan keinginannya. Kujilati leher dan dagu kemudian kucium bagian belakang telinganya. Ia menggelinjang.htndzo

"Merinding ah, kamu kok jadi pintar. Jangan-jangan selama ini belajar dengan perempuan lain".
"Nggak konlydk, cukup satu gurunya".

Kubalikkan tubuhnya sehinga dia memunggungiku. Kugigit tengkuknya dan kususuri puregctmnggungnya dengan lidahku. Ia merintih perlahan. Kurasakan ia semakin terangsang. Kubalikkan tubuhnya dan kutbwdvcindih setengan tubuhnya.

Kembali kami berciuman. Kali ini dengan nafsu yang membara. Suara-suara kecipak [17tahun2.com] dan desahan tertahan terdengar ketika kedua mulut kami beradu dan saling menyedot. Lehernya kucium dan kujilcrkplaat, ia makin mendongakkan kepalanya memberi kesempatan kepadaku untuk menjelajahi lehernya. Tangannya mengusgfwcap pipi, leher kemudian punggungku sampai ke dekat pinggang dan berputar menggesekkan kukunya perlahan pada hmowfkulitku, memberikan sensasi tersendiri. Sementara tangan kirinya mengusap punggung, tangan kanannya mulai mewrsluhngelus kantung zakar dan mengurut batangku mulai dari pangkal ke ujungnya. Mr. P-ku makin menegang dan membenljkegsar. Ida berguling sehingga kini ia di atas. Tangannya masih mengurut senjataku.

Ia melepaskan diri dari xqwjpopelukanku dan membuka tasnya. Kulihat ia mengambil sesuatu, ternyata adalah baby oil dan eau de toilette. Id [17tahun2.com] a duduk di samping pinggangku menghadap ke arah kepalaku. Ia menuangkan sedikit baby oil ke tangan kanannya yrtwdedan kembali mengurut senjataku.

"Aduh.. Achh, luar biasa nikmat. Ternyata masih ada pelajaran baru yang axstyku belum tahu".

Kupegang tangannya menahan kenikmatan. Dilepaskannya tanganku "Sudah, kamu diam saja. Janrkloehgan ganggu aku. Kalau nggak tahan pegangan kasur dan gigit ujung bantal saja. Kalau terasa mau keluar bilangmxhnoq".

Kuikuti perintahnya. Diurutnya terus penisku yang makin keras. Kepalanya yang besar kelihatan memerah dgfvdan mengkilat terkena baby oil. Aku makin terlena, kadang kuangkat pantatku menahan rangsangan yang luar biadgpuvsa.

"Ouhh Ida.. Aku mau keluar, aku mau ke.. Lu.. ar".

Ida menggenggam dan merenggut kantong penisku dwzscengan perlahan. Kurasakan rangsangan itu menurun pelan-pelan. Ida melepaskan genggamannya pada batang peniskjpayu. Kini dengan kedua tangannya ia mengurut pinggangku dari bagian luar ke bawah dalam ke arah penis. Beberapzpjfla menit ia lakukan itu. Kemudian ia menuangkan eau de toilette dan mencampurnya dengan sedikit baby oil lalumxbqd mengusapkannya pada dada dan perutku. Setelah itu dia berbaring miring menghadap ke arahku. Kuremas payudarmxclganya yang sebelah kanan dengan kuat karena gemas. Ia tersenyum kecil dan menggelinjang.

"Sudah istirahatlaytrdpah dulu, rileks dan buat pikiranmu menjadi santai. Hilangkan pikiran yang merangsang. Masih ada babak berikucjlsnytnya".

Ida berbaring telentang di sampingku dan menutupkan matanya. Ditariknya kembali selimut yang tadi yxmtwsudah terlepas untuk menutup tubuh kami berdua. Aku mencoba untuk rileks dan menghilangkan bayangan dan pikicvxymzran yang merangsang. Agak susah memang tapi terus kucoba sambil menarik nafas dalam-dalam. Harumnya eau de tzpmeoillette sangat membantu untuk menenangkan pikiranku. Lama-lama pikiranku menjadi tenang. Kulihat tarikan natqgefas Ida teratur, tetapi aku tahu ia tidak tidur meskipun matanya terpejam. Setengah jam lebih berlalu.

Idrbtija bangun kemudian ke kamar mandi, dalam keadaan polos. Ketika keluar kulihat ia membawa air dalam gayung, sa [17tahun2.com] bun dan handuk kecil. Ia duduk di sampingku dan membasuh penisku dan menyabuninya sampai bekas baby oil tadiieqs hilang, kemudian mengelapnya dengan hati-hati. Setelah selesai ia ke kamar mandi membuang air dalam gayung hzeitadi.

"Ayo kita masuk babak berikutnya!" Katanya ketika kembali dari kamar mandi.

Aku berpikir apalagietgbs yang akan dilakukannya. Ia membuka selimut yang masih menutup tubuhku, menindih dan menciumiku dengan ganasmwibhq. Harumnya eau de toilette masih tercium. Aku kembali terangsang dengan cepat oleh aksinya. Ia memberi isyarximjsat agar aku berada di atas. Adikku yang terangsang sudah mengacung dan siap menembus guanya. Ida memegang pelqfsnnisku dan mengarahkannya ke lubangnya yang agak lembab. Kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut agak dimwhnuangkat. Kali ini penisku bisa langsung masuk dan menerobos ke dalam hingga tenggelam sampai ke pangkalnya. Ivnbwda memegang pinggulku dan membantu menggerakkannya ke atas ke bawah. Kupacu kuda betinaku mendaki lereng kendtmfjikmatan. Gerakan kami semakin liar. Erangan dan lenguhan kami semakin kuat dan sering. Sampai akhirnya aku m [17tahun2.com] erasakan hampir sampai ke puncak kenikmatan. Kupercepat gerakan naik turunku sambil mendesah.

"Ida.. Ouuhchbojah.. Ida, kita sama-sama.. ".

Berbeda dengan kehendakku, Ida malahan mendorong tubuhku dan melepaskan pelueownkanku. Aku menolaknya.

"Apa-apaan kamu Da!" kataku kecewa. "Sudahlah lepaskan aku dulu, aku akan memberikpnyranmu sesuatu yang luar biasa malam ini. Percayalah" katanya lembut sambil mengecup keningku.

Aku berbarinskdrwpg menjauhi tubuhnya dengan hati kecewa dan penuh tanda tanya. Ida mencoba menghiburku.

"Berikutnya aku akbywrqan memberikan kepuasan yang lain yang belum pernah kamu peroleh". Aku masih diam saja.
"Sekarang istirahatl [17tahun2.com] ah lagi agak lama dari yang tadi," sambil berkata begitu jari tangannya memegang erat jari tanganku. Aku meniokturut saja dan berpikir lagi, pastilah dia tidak bermaksud untuk mengecewakanku. Tapi apa berikutnya?

Kulioyghhat kali ini Ida benar-benar tertidur. Akhirnya aku mencoba juga untuk tidur. Sempat kulirik arlojiku. Jam shxsrepuluh lewat sedikit. Beberapa lama kemudian entah karena dongkol atau lelah karena perasaan "menggantung" apomqjskupun tertidur.

Entah berapa lama aku tertidur sampai aku merasakan ada tubuh yang mendesakku dengan lembmrzbxgut. Ida sudah bangun rupanya. Dadanya meskipun kecil tapi masih terasa menekan lenganku. Aku terkejut,

"Jhqjfam berapa sekarang?" tanyaku.
"Jam dua belas lewat" jawabnya.

Berarti sudah dua jam aku tertidur. Ida mequdxvnggapai gelas yang ada di meja kecil dekat ranjang, meneguk airnya dan memberikannya padaku.

"Minum dulu,vney mulut orang habis bangun tidur bau ".
"Siapa bilang?" kataku sambil mengambil permen yang kuletakkan di dearyfkat gelas tadi, membuka bungkusnya dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Ih curang, bagi dong permennya" katanyenlhgya sambil menciumi bibirku. Kami saling memainkan permen tadi, bergantian mengulumnya sampai akhirnya habis.qpht

Ida di atasku, menciumi dadaku dan menjilati putingku. Diganjalnya kepalaku dengan bantal satu lagi sehibwvrnzngga kepalaku agak ke atas. Aku tidak tahan dengan aksinya sehingga kutarik mukanya ke mukaku. Kami berciuma [17tahun2.com] n dengan penuh gairah. Kaki kami saling menjepit, kakiku menjepit kaki kirinya dan kakinya juga menjepit kakbwdjini kiriku. Kugesekkan selangkanganku pada pahanya. Ia mendesah. Gantian sekarang selangkangannya yang menggeskadrhpek pahaku.

Kami makin terbuai dengan gerakan masing-masing. Kini kedua kakinya menjepit kakiku. Sementaraotaiye penisku yang dari tadi penasaran sudah kembali mengeras. Dalam posisi di atasku sambil menahan tubuh denganqawst tangannya Ida menggerak-gerakkan pinggulnya mencoba memasukkan penisku ke dalam liang kenikmatannya tanpa b [17tahun2.com] antuan tangannya. Agak sulit memang, tapi ketika kepala penisku sudah mulai masuk ke dalam liang vaginanya itvpgzua memutar-mutar pinggulnya sambil menekan ke bawah. Kurasakan gerakan peristaltik yang kuat dari otot kemalu [17tahun2.com] annya. Sampai kemudian seluruh batang penisku terbenam dalam vaginanya. Ia masih memutar-mutar pinggul dan mgtdhqeembuat gerakan naik turun. Aku meremas, memilin serta mengulum payudaranya. Kami saling berbagi kenikmatan dnicdengan posisi seperti itu.

"Ouh.. Mmmhh.. Ngngngnhhk" Ida mendesah tertahan.

Aku mencoba duduk dengan Ilmgida tetap dalam pangkuanku. Kami bisa berpelukan dan berciuman dengan sangat intens. Ida tetap menggerakkan plzfdringgulnya naik turun. Penisku terasa seperti dikocok-kocok.

Kurebahkan Ida ke arah yang berlawanan denganrpsbc posisi tidur semula, sehingga kini bantal berada di posisi kaki. Kugenjot pinggulku naik turun dengan ritmeqcbl yang berubah-ubah. Kadang cepat kadang sangat lambat. Tapi setiap gerakanku selalu kubuat agak tinggi sehin [17tahun2.com] gga penisku terlepas dari vaginanya, lalu kutekan lagi. Setiap penisku dalam posisi masuk, menggesek bibir vionglyaginanya ia terpekik kecil. Kami berdua sangat menikmati permainan ini.

Kakinya bergerak dan kedua kakinyqkxha kujepit dengan kedua kakiku. Dalam posisi begini aku tidak bisa menarik penis terlalu tinggi karena susah zomtduntuk memasukkannya lagi. Namun dalam posisi begini jepitan vaginanya jadi sangat terasa.

Kami mengubah pnqkhcosisi lagi. Kali ini kaki kirinya di luar kaki kananku dan kaki kanannya di dalam kaki kiriku. Kubelit kaki [17tahun2.com] kirinya dengan kaki kananku dan sebaliknya. Dengan posisi begini kami bisa menghemat gerakan. Dengan sedikitjapewm gerakan saja rangsangan kenikmatan yang timbul sangat terasa. Kadang kami hanya diam saja dan cukup menggervbjoaakkan otot kemaluan kami untuk saling memberi rangsangan. Ketika kurasakan akan mencapai puncak kenikmatan kfeovuubah posisi kaki dalam posisi konvensional. Posisi konvensional ini paling memungkinkan bagi kami untuk men [17tahun2.com] gekspresikan puncak kepuasan secara maksimal.

"Ida.. Ouhh nikmat sekali, hebat sekali permainanmu.. "

wufnKuperkirakan sudah setengah jam kami bercinta, namun terasa ada energi tambahan yang membuat kami bertahan umqugntuk tidak segera mencapai puncak. Kupercepat gerakanku dan gerakannya juga semakin liar.

"Agak ke atas s [17tahun2.com] edikit.. Oooh" pintanya.

Kuikuti saja permintaanya. Aku menggeser tubuhku agak ke atas bagian tubuhnya, sthpxehingga gerakan penisku menggesek bagian atas vaginanya. Rupanya dengan posisi ini gesekan penisku dengan kl [17tahun2.com] itorisnya mebuat dia sangat nikmat. Tubuhnya kadang seakan merinding dan gemetar. Pinggulnya memutar-mutar dyrvqucan naik seakan-akan menghisap penisku.

Bunyi deritan ranjang, erangan dan bunyi selangkangan beradu seakanacdzhn-akan berlomba. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang membanjir. Dinginnya udara Puncak tak terasa lagidris. Kurasakan ada gerakan menjalar dalam penisku. Inilah saatnya sebentar lagi akan kuakhiri permainan ini. Id [17tahun2.com] a terengah-engah menikmati kenikmatan yang dirasakannya.

"Ida.. Da sebentar lagi aku mau keluar.. "

Gejxbwdprakanku semakin cepat hingga seakan-akan tubuhku melayang. Lututku mulai sakit.

"Ayolah Anto aku juga mmaarhnctu kkel.. uar. Kita sama-sama sampai".

Ketika kurasakan aliran pada penisku tak tertahankan lagi kuunjamkamygtxsn dalam-dalam sambil memekik tertahan.

"Ida.. Ouh .. Sekarang.. Sekarang"
"Ouh Anto aku.. Keluar"

Kakrkexyhinya membelit kakiku, kepalanya mendongak dan pantatnya diangkat. Kurasakan denyutan dalam vaginanya sangat cwypeokuat. Kutembakkan laharku sampai beberapa kali. Giginya dibenamkan dalam bahuku sampai terasa pedih. Aku merfymecgasakan hal yang luar biasa sepertinya melayang di udara dan rasanya cairan laharku menjadi lebih banyak. Napgtqohmas kami masih tersengal-sengal, kucabut penisku dan menggelosor di sampingnya. Jarinya memegang erat jariku.yaotq

"Bagaimana?" tanyanya.
"Wouw.. Luar biasa" jawabku.
"Aku baca dari sebuah buku tentang teknik pijatan kezopuuntuk melancarkan aliran darah ke penis dan memperbanyak tembakan mani".
"Pantas saja, rasanya maniku sangafmzpt banyak dan senjataku sangat keras. Terima kasih Ida".

Kami tidur sampai pagi dan rasanya cukup sekali sqsgcxdaja kami bercinta dalam semalam kalau kepuasan yang didapat luar biasa seperti kali ini. Kuantarkan Ida kembsvakali ke rumahnya. Temannya yang membukakan pintu kemarin tersenyum-senyum dan melirik genit ke arahku.

"Bokljhleh dong lain kali ajak kita, masakan Ida terus yang diajak. Kita punya oke juga lho" katanya sambil melihat [17tahun2.com] ke arah Ida sambil meleletkan lidahnya.
"Silakan aja kalau Antonya mau".

Hmm, dipikir kita takut.ljti

Tamat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar